Kamis, 14 Oktober 2021

HUBUNGAN PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR; DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, PAN-ISLAMISME DENGAN GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA

 

PERKEMBANGAN PAHAM DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, DAN PAN ISLAMISME

·         Demokrasi

Istilah “ demokrasi” berasal dari Yunani Kuno pada abad ke-5 SM. Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan. Dengan demikian, demokrasi dapat diartikan pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. dalam negara demokrasi, rakyatlah yang berdaulat. Pada masa Yunani Kuno, demokrasi yang dilaksanakan adalah demokrasi langsung, yaitu rakyat yang menjadi warga negara terlibat langsung dalam pemikiran, pembahasan, dan pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang mengangkut kehidupan negara. Hal tersebut dimungkinkan karena negara kota mempunyai wilayah yang belum begitu luas dengan jumlah penduduk yang belum begitu banyak, yaitu sekitar 300 ribu jiwa. selian itu, ketentuan-ketentuan menikmati demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi, sedangkan bagi warga negara yang berstatus budak, pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmatinya.

Gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat ketika Eropa memasuki Abad Pertengahan. Pada masa ini terjadi praktik feodalisme. Kehidupan sosial dan spiritual dikuasai gereja, sedangkan kehidupan politiknya dikuasai para bangsawan. Awal timbulnya kembali demokrasi ditandai dengan munculnya Magna Charta tahun 1215 di Inggris. Dalam piagam ini ditegaskan bahwa Raja John mengikuti dan menjamin beberapa hak dan hak khusus bawahannya. Selain itu, piagam tersebut juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar yaitu adanya pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja

Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di dunia Barat adalah gerakan Renaissance. Renaissance adalah gerakan yang menghidupkan kembali sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan ini berintikan pada pemuliaan pada akal pikiran untuk selalu mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga gerakan ini telah mengilhami munculnya kembali gerakan demokrsi.Tokoh-tokoh yang mendukung berkembangnya demokrasi antara lain John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Montesquieu dari Perancis (1689-1755). Menurut John Locke, hak-hak politik manusia mencakup hak hidup, hak kebebasan, dan hak untuk mempunyai milik (life, liberty, dan property). Montesquieu menyusun suatu sistem yang dapat menjamin kedaulatan pemerintahan dengan cara pemisahan kekuasaan melalui Trias Politika (eksekutif, legislative, dan yudikatif).

Menurut gagasan demokrasi, pemerintah merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas yang dikuasai atas nama rakyat. pemerintah tunduk pada beberapa pembatasan untuk memberikan jaminan bahwa kekuasaan pemerintah tidak disalahgunakan oleh penguasa. Pembatasan tertuang dalam Undang-Undang Dasar yang membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara.Dasar-dasar demokrasi di Eropa, terutama Inggris menginspirasi perkembangan demokrasi di Amerika Serikat. Penyusunan deklarasi kemerdekaan tahun 1776, diakui Thomas Jefferson mendapat pengaruh kuat dari pemikiran John Locke dan Rousseau. Dari John Locke diambil pemikiran tentang semua manusia diciptakan setara. Dari J.J. Rousseau diambil pemikiran bahwa rakyat dapat mengadakan perlawanan menghadapi pemerintah manakala pemerintah tidak menghargai hak[1]hal tersebut.

Di seluruh dunia, revolusi mulai terjadi di mana-mana menentang kekuasaan otoriter dan monarchi absolut. Faham demokrasi menjadi ide perjuangan rakyat.Demokrasi menjadi semakin populer di kalangan warga negara. Di pertengahan abad ke-20 hampir setiap negara independen memiliki pemerintahan yang memiliki beberapa prinsip dan cita-cita demokrasi.

 

·         Liberalisme

Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahaa Inggris disebut liberty yang artinya kebebasan. Liberalisme adalah suatu faham yang menghendaki adanya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk bertempat tinggal, kemerdekaan pribadi, hak untuk menentang penindasan, serta hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi dan hak milik. Sebagai suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa renaissance yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja atau agama. Saat itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Rakyat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat dan bertindak.

Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan di semua bidang kehidupan. Konsep kebebasan dalam bidang politik melahirkan pemikiran tentang negara yang demokrasi. Konsep bebas dalam bidang ekonomi membuat masyarakat menentang monopoli dan campur tangan pemerintah, rakyat menginginkan ekonomi bebas. Dalam bidang moral, liberalisme menjunjung tinggi kebebasan individu dan menentang otoriterisme.Dalam bidang agama, kaum liberal menginginkan kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinannya, bebas beribadah menurut agamanya, dan juga bebas untuk tidak menganut agama apapun. Urusan agama tidak boleh dicampur dengan urusan pemerintahan.

Gerakan liberalisme banyak dipengaruhi oleh tulisan Voltaire, Montesquieu, John Lock, dan J.J. Rousseu. Menurut John Locke, negara terbentuk dari perjanjian sosial individu yang hidup bebas dari penguasa. Menurut Montesquieu di dalam bukunya The Spirit of Law, mengemukakan tentang pemisahan kekuasaan menjadi eksekutif, legislative, dan yudikatif. Setiap kekuasaan saling mengawasi dan mengimbangi satu dengan yang lain. Apabila kekuasaan berada dalam satu tangan, baik individu maupun lembaga, kesewenang-wenangan akan muncul.

Gerakan liberalisme ini akhirnya meningkat menjadi gerakan politik dan meletus dalam bentuk revolusi, seperti Revolusi Amerika (1776). Liberalism dan Revolusi Amerika ini kemudian mempengaruhi rakyat Perancis hingga meletus Revolusi Perancis (1789). Melalui kekuasaannya, Napoleon Bonaparte menyebarkan semangat liberalisme ke negara-negara Eropa lainnya melalui semboyan liberte, egalite, dan fraternite (kebebasan, kebersamaan, dan persaudaraan). Ketika kekuasaan Napoleon jatuh (1815), paham liberal sudah tersebar ke seluruh Eropa dan Amerika.

 

·         Sosialisme

Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara berdasarkan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perorangan. Berdasarkan sosialisme, maka harta benda, indusdtri dan perusahaan menjadi milik negara. Tujuannya, yaitu untuk mewujudkan masyarakat sosial yang sejahtera.Kata sosialisme pertama kali digunakana oleh Alexander Vinet, seorang teolog Protestan berkebangaan Perancis di dalam artikelnya yang ditulis dalam surat kabar Le Semeur (penabur) di tahun 1831.

Sosialisme muncul akibat adanya perkembangan industrialisasi di Eropa. Dalam industrialisasi, Perusahaan-perusahaan yang didirikan merupakan milik swasta atau perorangan. Pemilik modal perusahaan itu disebut kaum kapitalis. Dalam menjalankan perusahaan atau pabrik-pabriknya, para pengusaha (pemilik modal) memerlukan orang-orang sebagai pekerja. Para pekerja ini disebut dengan buruh(proletar). Upah buruh sangat rendah dengan beban kerja yang sangat berat. Buruh juga tidak mendapatkan jaminan dan perlindungan kesejahteraan. Sehingga kemiskinan dan kriminalitas meningkat. Sementara itu kaum kapital semakin kaya raya dan menguasai ekonomi rakyat. Terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara kaum kapital dengan kaum buruh. Akhirnya kaum buruh melakukan perlawanan yang menuntut hak-hak, jaminan, dan pelindungan dari kaum kapitalis.

Kaum buruh bersatu dan membentuk kelompok yang mementingkan kedudukan dan status mereka. Golongan inilah yang kemudian disebut dengan golongan sosialis. Tokoh golongan sosialis diantaranya Robert Owen dari Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier dari Perancis, serta Karl Marx dan Friedrich Engels dari Jerman. Perjuangan tokoh-tokoh sosialisme yang sangat terkenal di seluruh dunia ialah Karl Marx dan Friedrich Engels yang menulis buku yang berjudul das Capital. Karl Marx menyatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan sejarah perjuangan kelas. Karl Marx menginginkan kehidupan masyarakat tanpa kelas. Lebih lanjut Karl Marx menyatakan bahwa sosialisme merupakan langkah penentu menuju masyarakat sosialis yang akan mencapai pengembangan diri yang sempurna.

Karl Marx selanjutnya menyebut ajarannya itu sebagai komunisme dan pengikutnya disebut komunis. Istilah komunisme sendiri sebenarnya bukan ciptaan Karl Marx, melainkan ciptaan sosialis Prancis, Etienne Cabet (1788-1856). Kata komunis itu berasal dari bahasa latin Communio yang artinya kepunyaan bersama. Ajaran sosilisme-komunisme Karl Marx kemudian berkembang di Rusia dibawah pimpinan Lenin. Hal paling utama dari komunisme adalah antikapitalisme. Komunisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan dengan prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Selain itu, komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga komunisme juga disebut antiliberalisme.

Komunis sangat membatasi agama pada rakyatnya. Agama dianggap candu yang membuat orang berangan-angan dan membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Komunisme perlahan-lahan menyebar ke seluruh dunia tepatmya setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Negara-negara yang menganut paham komunis diantaranya Tiongkok, Vietnam, Kuba, dan Korea Utara.

 

·         Nasionalisme

Kata Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris nation, atau natie dalam bahasa Belanda, yang berarti bangsa. Kata nation sendiri berasal dari bahasa latin yaitu nascos yang artinya ‘saya lahir ‘. Nasionalisme merupakan semangat dan perasaan kesadaran sebagai satu bangasa. Perasaan satu bangsa ini dipersatukan oleh kesamaan nasib, budaya, bahasa, wilayah, cita-cita, disertai dengan adanya kesetiaan terhadap bangsanya. Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara dan bangsa.

Paham nasionalisme pada awalnya berkembang di Eropa pada akhir abad pertengahan. Kerajaan-kerajaan di Eropa Barat dan Eropa Utara terlibat dalam perang keagamaan yaitu antara agama kristen Katolik dan Kristen Protestan yang berlangsung selama 30 tahun (1618-1648). Pada saat itu Belanda yang sebagian besar rakyatnya beragama kristen Protestan dikuasai oleh Sepanyol yang beragama Kristen Katolik. Perjuangan bangsa Belanda terhadap penajahan Sepanyol ini merupakan perjuangan untuk menegakkan nasionalisme di ERopa untuk pertama kalinya pada abad ke-17.

Pada masa kekaisaran Romawi, kata nation memiliki makna peyoratif, yaitu digunakan untuk mengolok-olok orang asing. Pada abad pertengahan, kata nationdigunakan sebagai nama kelompok pelajar asing di berbagai perguruan tinggi Eropa. Baru setelah abad ke-18, kata nation mendapatkan makna yang lebih positif di Perancis. Pada masa itu, Parlemen Perancis menyebut diri mereka sebagai assemblee nationale yang menandai transformasi institusi politik tersebut. Dari sifat ekslusif yang hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan ke sifat egaliter dimana semua kelas meraih hak yang sama dengan elite dalam berpolitik. Dari sinilah, makna kata nation memjadi seperti sekatrang, yaitu merujuk pada bagnsa atau kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara.Pada akhir abad ke-18 perjuangan nasionalisme bangsa-banga Eropa semakin nyata. Hal itu nampak ketika Napoleon Bonaparte mengusasi hampir seluruh Eropa kecuali Inggris dan Rusia.

Semangat bangsa-bangsa Eropa untuk melepaskan diri dari kekuasaan Napoleon membangkitkan semangat nasionalisme. Perjuangan nasionalisme banga-bangsa Eropa mendapatkan hasil nyata, diantaranya Belgia mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1839 lepas dari kekuasaan Belanda dan Hongaria mendapatkan pengakuan kedaulatannya pada tahun 1948.

·         Pan-Islamisme

Pan-Islamisme merupakan gerakan mengajak semua umat Islam di dunia untuk bersatu, melupakan perbedaan warna kulit, etnik, bangsa, dan budaya. Menurut Mahmudunnasir (2005), pada dasarnya ajakan bersatu ini adalah salah satu ajaran dasar agama Islam yang telah dikumandangkan oleh Nabi Muhammad SWA dalam dakwah-dakwahnya. Sebelum masuknya Islam, bangsa Arab terpecah-pecah dan saling berselisih satu sama lain. Perpecahan dan perselisihan ini telah dipersatukan oleh Islam. Persatuan ini bukan saja terjadi di Arab, melainkan juga di darah luar Arab hingga Islam menguasai dunia.

Pada masa berikutnya, negara-negara Islam mengalami kemuduran akibat seringnya terjadi perebutan kekuasaan. Mereka mengedepankan kepentingan kelompok dan ego masing-masing. Kemunduran peradaban Islam ini diikuti oleh banyaknya negara-negara Islam yang dikuasai oleh bangsa colonial. Kenyataan inilah yang mengugah kesadaran untuk kembalinya persatuan umat Islam dunia. Tokoh-tokoh Islam yang menyadari pentingnya persatuan Islam seluruh dunia seperti Al Tahtawi (1801-1873), Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-1905). Jamaluddin Al-Afhani memiliki ide mendirikan Pan-Islamisme yang mempersatukan umat Islam seluruh dunia, dengan persatuan itu maka akan mampu menghadapi dan mengusir penjajah. Menurut Jamalauddin, kemunduran Islam disebabkan oleh beberapa faktor seperti umat Islam telah meninggalkan ajaran-ajaan Islam yang sebenarnya, berpegang kuat pada taklid, bersikap fatalis, meninggalkan akhlak mulia, lemahnya persaudaraan Islam, menyerahkan urusan administrasi negara kepada yang bukan ahlinya, dan melupakna ilmu pengetahuan.

Pan Islamisme telah memperolah dukungan dari hamper semua pimpinan Islam dan tokoh-tokoh intelektual sepanjang abad ke-19 - 20. Pan -Islamisme telah memberikan inspirasi bagi lahirnya banyak negeri Islam dan gerakan-gerakan nasionalisme di Asia-Afrika. Upaya-upaya, semangat, dan ide Pan-Islamisme mendorong terbentuknya Liga Dunia Islam pada tahun 1962. Liga ini didukung oleh 43 negara yang kemudian mendorong diselenggarkaannya konferensi Islam lainnya. Pada tanggal 25 September 1969 dibentuk juga Organisation of Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Organisasi ini dipandang sebagai upaya menampung aspirasi Pas Islamisme karena organisasi ini dibentuk atas kerja sama antar pemerintah negara-negara Islam.

Kamis, 07 Oktober 2021

PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN

 A. PERAN INDONESIA PADA PENYELENGGARAAN KONFERENSI ASIA AFRIKA DI BANDUNG TAHUN 1955



A.     Munculnya Gagasan Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Masa Perang Dingin.

1.      Latar belakang diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika

Pasti kalian ingin tahu mengapa diselenggarakan Konferensi Asia Afrika. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat mempelopori berdirinya Blok Barat atau Blok Kapitalis (Liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau Blok Sosialis (Komunis). Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia – Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia – Afrika.

Pada tahun 1954, Perdana Menteri Sri Lanka (dulu bernama Ceylon) mengundang perwakilan negara Burma, India, Indonesia dan Pakistan untuk mengadakan pertemuan membahas masalah tersebut yang dikenal dengan Konferensi Kolombo. Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Indonesia saat itu Ali Sastroamidjojo. Presiden Soekarno pun menekankan pada Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide untuk menggelar Konferensi Asia Afrika.


Pertemuan tersebut diharapkan akan membangun solidaritas negara negara Asia Afrika untuk bisa lepas dari konflik yang terjadi di negara masing -  masing. Konferensi Kolombo yang dihadiri 5 negara tersebut berlangsung antara 28 April sampai 2 Mei 1954 dan membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Usulan Ali Sastroamidjojo untuk menggelar Konferensi Asia Afrika pun disetujui oleh 4 perwakilan negara lain. Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, kalian bisa melihat peran Indonesia adalah sebagai penggagas diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.

2.      Tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika

Setelah mempelajari apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika, pasti kalian ingin tahu, apa yang menjadi tujuan dari diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung Tahun 1955. Sebelum KAA dilaksanakan, tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan sebuah pertemuan persiapan di Bogor, Indonesia.

Konferensi ini dihadiri oleh wakil dari lima negara yang hadir pada Konferensi Colombo sebelumnya. Dalam pertemuan ini disepakati empat tujuan pokok KAA berikut ini:

·         Memajukan kerja sama antarbangsa Asia-Afrika demi kepentingan Bersama

·         Membahas dan meninjau persoalan ekonomi, sosial, dan budaya

·       Membahas dan berusaha mencari penyelesaian masalah kedaulatan nasionalisme, rasialisme, dan kolonialisme

·         Memperkuat kedudukan dan peranan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia

Dari tujuan yang dipaparkan diatas, jelas bagi kalian bahwa Indonesia berperan dalam menggalang kerjasama bangsa di Asia Afrika dalam mewujudkan perdamaian dunia.

 

B.      Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika sebagai bukti peran aktif Indonesia pada masa perang dingin

Secara diplomatik Indonesia mencoba melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui apakah ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika diterima atau ditentang. Gayung bersambut kebanyakan dari mereka menyambut baik ide ini dan memilih Indonesia sebagai tuan rumah konferensi tersebut.

Konferensi Asia Afrika yang dipelopori oleh 5 tokoh yang berasal dari perwakilan 5 negara yang mengikuti Konferensi Kolombo yaitu Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia), Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Mohammad Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan), Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Ceylon) dan U Nu (Perdana Menteri Burma) yang diikuti oleh 29 negara berlangsung antara tanggal 18 April sampai 24 April 1955 di Gedung Merdeka yang ada di kota Bandung, Jawa Barat.

Konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung yang tujuannya adalah menghimpun persatuan Negara-negara Asia-Afrika yang pada saat itu baru memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta meningkatkan kerja sama antar negara serta menentang segala bentuk penjajahan. Indonesia mempersiapkan kota Bandung untuk menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi. Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun disiapkan sebagai tempat konferensi. Demi memperkuat identitas dan semangat, nama Gedung Dana Pensiun diubah menjadi gedung Dwiwarna dan Gedung Concordia diganti menjadi Gedung Merdeka.

Konferensi yang dipelopori oleh menteri luar negeri Indonesia pada saat itu, Ali sastromidjojo, beserta 4 pemimpin Negara lainnya Pakista, India, Bangladesh, dan Myanmar dilaksanakan di Indonesia yaitu di Gedung Merdeka Bandung. Untukmengabadikan peristiwa sejarah penting tersebut, jalan protokol di Bandung yang terbentang di depan Gedung Merdeka diberi nama Jalan Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung menghasilkan 10 poin kesepakatan dan pernyataan yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Secara umum hasil konferensi tersebut berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia, pertemuan tersebut dikenal sebagai “The Ten Principles” atau "Dasasila Bandung", yang didalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.

Tentunya, Dasasila Bandung sebagai hasil dari KAA 1955 memiliki nilai historis tinggi dan sangat berharga bagi masyarakat Asia-Afrika karena telah memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.Dari hasil yang dicapai terlihat jelas bahwa Indonesia telah berperan dalam memberikan dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".

 

C.      Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap politik global

Sebagai bangsa Indonesia kalian pasti bangga Indonesia telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia pada masa perang dingin. Konferensi Asia Afrika memiliki arti penting yang besar pengaruhnya terutama bagi negara yang cinta damai dan telah menaikan citra Indonesia di mata dunia internasional, khususnya bagi bangsa Asia Afrika yang mendambakan kemerdekaan dan perdamaian.

Dasasila Bandung juga dianggap sebagai akhir dari era penjajahan dan kekerasan terhadap suatu kaum (apartheid). Konferensi ini juga dianalogikan sebagai suatu badan yang berpendirian luas dan toleran, yang memberi kesan kepada dunia bahwa semua orang dapat hidup bersama, bertemu, berbicara, dan mempertahankan hidupnya di dunia ini.

Melansir Museum of The Asian-African Conference, Spirit Bandung juga menimbulkan perubahan struktur badan internasional Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara Negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional. Menyusul Konferensi Asia Afrika banyak konferensi serupa diselenggarakan yakni Konferensi Islam Afrika Asia, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika, Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, Konferensi Wartawan Asia Afrika.

 

D.     Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap kehidupan ekonomi global.

Komunike akhir dari Konferensi ini menggarisbawahi perlunya negara-negara berkembang untuk melonggarkan ketergantungan ekonomi mereka pada negara-negara industri terkemuka dengan memberikan bantuan teknis satu sama lain melalui pertukaran ahli dan bantuan teknis untuk proyek-proyek pembangunan, serta pertukaran pengetahuan teknologi, dan pembentukan lembaga pelatihan dan penelitian regional.


B. PERAN INDONESIA DALAM GERAKAN NON BLOK PADA MASA PERANG DINGIN

 

Pendirian Gerakan Non Blok (GNB)

a.      Latar belakang didirikannya Gerakan Non Blok (GNB)

Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, muncul dua blok yaitu Blok Barat  (Liberalisme-Demokratis) dan Blok Timur (Sosialis-Komunis). Negara di Blok Barat memilih jumlah lebih banyak yakni 8 negara (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada ) dibandingkan Blok Timur yang hanya terdiri dari 4 negara (Uni Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan Jerman Timur). Dalam mempertahankan kedudukannya masing-masing, Blok Barat membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Tidak hanya sampai disitu, kedua blok ini masih tetap mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika dan Amerika.

Diantara Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang memilih untuk bersikap netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk Gerakan Non Blok (GNB). Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden GamalAbdul Nasser (Republik Persatuan Arab-Mesir), PM Pandith Jawaharlal Nehru (India), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).

Gerakan Non Blok. GNB resmi didirikan pada 1 September 1961 di kota Beogard, Yugoslavia bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi I (KTT I) yang dimulai dari 1-6 September 1961. Konferensi ini dihadiri oleh 25 kepala negara dan 3 kepala pemerintahan sebagai peninjau. Kepala negara yang menghadiri KTT I yaitu Afghanistan, Aljazair, Arab Saudi, Burma, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Somalia, Sudan, Tunisia, RPA, Yaman, dan Yugoslavia, sedangkan Negara peninjau yang hadir Bolivia, Brasil, dan Ekuador. 

b.      Tujuan Gerakan Non Blok (GNB)

Gerakan Non Blok atau Non Aligned Movement ini mulai dirintis sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 yang telah menghasilkan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung ini digunakan sebagai salah satu landasan Gerakan Non Blok. Selain Dasasila Bandung, prinsip dasar Gerakan Non Blok diambil dari dua hal lagi yaitu lima poin pidato Jawaharlal Nehru dan Deklarasi Havana 1979. Dari tiga hal ini, lahirlah tujuan Gerakan Non Blok. 

Tujuannya yaitu memperhatikan kedaulatan negara-negara non blok dan menentang segala bentuk kejahatan politk internasional. Seperti imperialisme, kolonialisme dan neo-kolonialisme, rasisme, apartheid, agresi milter, dominasi dan hegemoni salah satu blok besar. Dan yang paling utama adalah untuk mengakhiri Perang Dingin. Dari tujuan Gerakan Non Blok terlihat dengan jelas peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui Gerakan Non Blok ini karena Indonesia ternasuk sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok (GNB)


Pendirian Gerakan Non Blok sebagai Bukti Peran Aktif Indonesia pada Masa Perang Dingin

Masa perang dingin adalah masa-masa yang penuh kecemasan. Penduduk dunia yang tidak aneh-aneh takut jika perang dingin berubah menjadi perang dunia ketiga atau perang nuklir. Untuk mencegah terganggunya kedamaian dunia, maka para pemimpin dunia yang cinta damai berinisiatif untuk membentuk sebuah aliansi perdamaian. Gerakan Non Blok (GNB) didirikan dilatarbelakangi oleh munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia dan adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.

Gerakan Non-Blok itu sendiri lahir dari pertemuan puncak Asia-Afrika pada konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara[1]negara yang tidak memihak blok tertentu telah menyatakan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi Ideologi Barat – Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden Gamal Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah). Dalam GNB, Indonesia memiliki peran penting sebab negara ini memiliki prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, tidak mendukung pakta miliiter atau aliansi militer manapun. Prinsip tersebut dianggap sesuai dengan tujuan didirikannya GNB.

Pada tahun 1992, peran penting lain dari Indonesia bagi KTT GNB adalah sebagai tuan rumah dan Presiden Soeharto sebagai ketua GNB. Pada saat itu, Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang seperti pertanian dan kependudukan serta mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan. Setiap KTT GNB yang diselenggarakan memiliki tujuan yang berbeda sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara anggota. Setiap negara bisa menjadi anggota GNB namun negara tersebut harus menganut politik bebas aktif, mampu hidup berdampingan secara damai, mendukung gerakan kemerdekaan nasional, dan tidak menjadi anggota salah satu pakta militer.

Persyaratan yang ditetapkan oleh GNB ternyata mampu memikat hati berbagai negara, terbukti dengan meningkatnya jumlah negara yang bergabung. Sejak Gerakan Non Blok lahir hingga sekarang, KTT dilakukan tiap tiga tahun sekali. Tiap KTT paling lama tujuh hari. Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT Gerakan Non Blok ke sepuluh pada tanggal 1 hingga 6 september 1992 di Jakarta.


Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Politik Global

KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid. GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Ekonomi Global Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.

HUBUNGAN PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR; DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, PAN-ISLAMISME DENGAN GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA

  PERKEMBANGAN PAHAM DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, DAN PAN ISLAMISME ·          Demokrasi Istilah “ demokrasi” beras...