A. PERAN INDONESIA PADA PENYELENGGARAAN KONFERENSI ASIA AFRIKA DI BANDUNG TAHUN 1955
A. Munculnya Gagasan Penyelenggaraan
Konferensi Asia Afrika di Masa Perang Dingin.
1. Latar belakang diselenggarakannya
Konferensi Asia Afrika
Pasti kalian
ingin tahu mengapa diselenggarakan Konferensi Asia Afrika. Setelah berakhirnya
Perang Dunia II, telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan,
yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat mempelopori berdirinya
Blok Barat atau Blok Kapitalis (Liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan
Blok Timur atau Blok Sosialis (Komunis). Dalam upaya meredakan ketegangan dan
untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan
menyelenggarakan Konferensi Asia – Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari
negara-negara di Asia – Afrika.
Pada tahun
1954, Perdana Menteri Sri Lanka (dulu bernama Ceylon) mengundang perwakilan
negara Burma, India, Indonesia dan Pakistan untuk mengadakan pertemuan membahas
masalah tersebut yang dikenal dengan Konferensi Kolombo. Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Indonesia saat itu Ali Sastroamidjojo. Presiden Soekarno pun
menekankan pada Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide untuk menggelar Konferensi
Asia Afrika.
Pertemuan
tersebut diharapkan akan membangun solidaritas negara negara Asia Afrika untuk
bisa lepas dari konflik yang terjadi di negara masing - masing.
Konferensi Kolombo yang dihadiri 5 negara tersebut berlangsung antara 28 April sampai
2 Mei 1954 dan membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Usulan Ali Sastroamidjojo untuk menggelar Konferensi Asia Afrika pun disetujui oleh
4 perwakilan negara lain. Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, kalian
bisa melihat peran Indonesia adalah sebagai penggagas diselenggarakannya
Konferensi Asia Afrika.
2. Tujuan diselenggarakannya Konferensi
Asia Afrika
Setelah
mempelajari apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika,
pasti kalian ingin tahu, apa yang menjadi tujuan dari diselenggarakannya Konferensi
Asia Afrika di Bandung Tahun 1955. Sebelum KAA dilaksanakan, tanggal 28-31
Desember 1954 diadakan sebuah pertemuan persiapan di Bogor, Indonesia.
Konferensi
ini dihadiri oleh wakil dari lima negara yang hadir pada Konferensi Colombo sebelumnya.
Dalam pertemuan ini disepakati empat tujuan pokok KAA berikut ini:
·
Memajukan
kerja sama antarbangsa Asia-Afrika demi kepentingan Bersama
·
Membahas
dan meninjau persoalan ekonomi, sosial, dan budaya
· Membahas
dan berusaha mencari penyelesaian masalah kedaulatan nasionalisme, rasialisme,
dan kolonialisme
· Memperkuat kedudukan dan peranan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia
Dari tujuan
yang dipaparkan diatas, jelas bagi kalian bahwa Indonesia berperan dalam
menggalang kerjasama bangsa di Asia Afrika dalam mewujudkan perdamaian dunia.
B. Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
sebagai bukti peran aktif Indonesia pada masa perang dingin
Secara diplomatik Indonesia mencoba melakukan
pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui apakah ide pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika diterima atau ditentang. Gayung bersambut kebanyakan
dari mereka menyambut baik ide ini dan memilih Indonesia sebagai tuan rumah
konferensi tersebut.
Konferensi Asia Afrika yang
dipelopori oleh 5 tokoh yang berasal dari perwakilan 5 negara yang mengikuti
Konferensi Kolombo yaitu Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia), Jawaharlal
Nehru (Perdana Menteri India), Mohammad Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan),
Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Ceylon) dan U Nu (Perdana Menteri Burma) yang
diikuti oleh 29 negara berlangsung antara tanggal 18 April sampai 24 April 1955
di Gedung Merdeka yang ada di kota Bandung, Jawa Barat.
Konferensi ini juga dikenal sebagai
Konferensi Bandung yang tujuannya adalah menghimpun persatuan Negara-negara
Asia-Afrika yang pada saat itu baru memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta
meningkatkan kerja sama antar negara serta menentang segala bentuk penjajahan.
Indonesia mempersiapkan kota Bandung untuk menjadi tuan rumah pertemuan tingkat
tinggi. Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun disiapkan sebagai tempat
konferensi. Demi memperkuat identitas dan semangat, nama Gedung Dana Pensiun
diubah menjadi gedung Dwiwarna dan Gedung Concordia diganti menjadi Gedung
Merdeka.
Konferensi yang dipelopori oleh
menteri luar negeri Indonesia pada saat itu, Ali sastromidjojo, beserta 4
pemimpin Negara lainnya Pakista, India, Bangladesh, dan Myanmar dilaksanakan di
Indonesia yaitu di Gedung Merdeka Bandung. Untukmengabadikan peristiwa sejarah
penting tersebut, jalan protokol di Bandung yang terbentang di depan Gedung
Merdeka diberi nama Jalan Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di
Bandung menghasilkan 10 poin kesepakatan dan pernyataan yang dikenal dengan
Dasasila Bandung. Secara umum hasil konferensi tersebut berisi tentang
pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia, pertemuan
tersebut dikenal sebagai “The Ten Principles” atau "Dasasila
Bandung", yang didalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi
manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.
Tentunya, Dasasila Bandung sebagai
hasil dari KAA 1955 memiliki nilai historis tinggi dan sangat berharga bagi
masyarakat Asia-Afrika karena telah memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB
dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.Dari hasil yang dicapai terlihat jelas
bahwa Indonesia telah berperan dalam memberikan dukungan bagi kedamaian dan
kerjasama dunia".
C. Dampak Konferensi Asia Afrika
terhadap politik global
Sebagai bangsa Indonesia kalian pasti
bangga Indonesia telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia pada masa
perang dingin. Konferensi Asia Afrika memiliki arti penting yang besar
pengaruhnya terutama bagi negara yang cinta damai dan telah menaikan citra
Indonesia di mata dunia internasional, khususnya bagi bangsa Asia Afrika yang
mendambakan kemerdekaan dan perdamaian.
Dasasila Bandung juga dianggap
sebagai akhir dari era penjajahan dan kekerasan terhadap suatu kaum (apartheid).
Konferensi ini juga dianalogikan sebagai suatu badan yang berpendirian luas dan
toleran, yang memberi kesan kepada dunia bahwa semua orang dapat hidup bersama,
bertemu, berbicara, dan mempertahankan hidupnya di dunia ini.
Melansir Museum of The Asian-African
Conference, Spirit Bandung juga menimbulkan perubahan struktur badan
internasional Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB tidak
lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.Konferensi Asia Afrika juga
telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara Negara-negara Asia
Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional. Menyusul
Konferensi Asia Afrika banyak konferensi serupa diselenggarakan yakni Konferensi
Islam Afrika Asia, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika, Konferensi Mahasiswa
Asia Afrika, Konferensi Wartawan Asia Afrika.
D. Dampak Konferensi Asia Afrika
terhadap kehidupan ekonomi global.
Komunike akhir dari Konferensi ini menggarisbawahi perlunya negara-negara berkembang untuk melonggarkan ketergantungan ekonomi mereka pada negara-negara industri terkemuka dengan memberikan bantuan teknis satu sama lain melalui pertukaran ahli dan bantuan teknis untuk proyek-proyek pembangunan, serta pertukaran pengetahuan teknologi, dan pembentukan lembaga pelatihan dan penelitian regional.
B. PERAN INDONESIA DALAM
GERAKAN NON BLOK PADA MASA PERANG DINGIN
Pendirian Gerakan Non
Blok (GNB)
a. Latar
belakang didirikannya Gerakan Non Blok (GNB)
Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, muncul dua blok yaitu Blok Barat (Liberalisme-Demokratis) dan Blok Timur (Sosialis-Komunis). Negara di Blok Barat memilih jumlah lebih banyak yakni 8 negara (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada ) dibandingkan Blok Timur yang hanya terdiri dari 4 negara (Uni Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan Jerman Timur). Dalam mempertahankan kedudukannya masing-masing, Blok Barat membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Tidak hanya sampai disitu, kedua blok ini masih tetap mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika dan Amerika.
Diantara Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang memilih untuk bersikap netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk Gerakan Non Blok (GNB). Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden GamalAbdul Nasser (Republik Persatuan Arab-Mesir), PM Pandith Jawaharlal Nehru (India), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).
Gerakan Non Blok. GNB resmi didirikan pada 1 September 1961 di kota Beogard, Yugoslavia bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi I (KTT I) yang dimulai dari 1-6 September 1961. Konferensi ini dihadiri oleh 25 kepala negara dan 3 kepala pemerintahan sebagai peninjau. Kepala negara yang menghadiri KTT I yaitu Afghanistan, Aljazair, Arab Saudi, Burma, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Somalia, Sudan, Tunisia, RPA, Yaman, dan Yugoslavia, sedangkan Negara peninjau yang hadir Bolivia, Brasil, dan Ekuador.
b. Tujuan
Gerakan Non Blok (GNB)
Gerakan Non Blok atau Non Aligned Movement ini mulai dirintis sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 yang telah menghasilkan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung ini digunakan sebagai salah satu landasan Gerakan Non Blok. Selain Dasasila Bandung, prinsip dasar Gerakan Non Blok diambil dari dua hal lagi yaitu lima poin pidato Jawaharlal Nehru dan Deklarasi Havana 1979. Dari tiga hal ini, lahirlah tujuan Gerakan Non Blok.
Tujuannya yaitu memperhatikan
kedaulatan negara-negara non blok dan menentang segala bentuk kejahatan politk
internasional. Seperti imperialisme, kolonialisme dan neo-kolonialisme,
rasisme, apartheid, agresi milter, dominasi dan hegemoni salah satu blok besar.
Dan yang paling utama adalah untuk mengakhiri Perang Dingin. Dari tujuan
Gerakan Non Blok terlihat dengan jelas peran Indonesia dalam menciptakan
perdamaian dunia melalui Gerakan Non Blok ini karena Indonesia ternasuk sebagai
salah satu pendiri Gerakan Non Blok (GNB)
Pendirian
Gerakan Non Blok sebagai Bukti Peran Aktif Indonesia pada Masa Perang Dingin
Masa
perang dingin adalah masa-masa yang penuh kecemasan. Penduduk dunia yang tidak
aneh-aneh takut jika perang dingin berubah menjadi perang dunia ketiga atau
perang nuklir. Untuk mencegah terganggunya kedamaian dunia, maka para pemimpin
dunia yang cinta damai berinisiatif untuk membentuk sebuah aliansi perdamaian. Gerakan
Non Blok (GNB) didirikan dilatarbelakangi oleh munculnya dua blok, yaitu Blok
Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni Soviet yang saling
memperebutkan pengaruh di dunia dan adanya kecemasan negara-negara yang baru
merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan
dunia.
Gerakan
Non-Blok itu sendiri lahir dari pertemuan puncak Asia-Afrika pada konferensi
yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara[1]negara
yang tidak memihak blok tertentu telah menyatakan keinginan mereka untuk tidak
terlibat dalam konfrontasi Ideologi Barat – Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok
(Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin negara dari Indonesia
(Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden Gamal Abdul
Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden
Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah). Dalam GNB, Indonesia
memiliki peran penting sebab negara ini memiliki prinsip politik luar negeri
yang bebas aktif, tidak mendukung pakta miliiter atau aliansi militer manapun.
Prinsip tersebut dianggap sesuai dengan tujuan didirikannya GNB.
Pada
tahun 1992, peran penting lain dari Indonesia bagi KTT GNB adalah sebagai tuan
rumah dan Presiden Soeharto sebagai ketua GNB. Pada saat itu, Indonesia
memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang seperti pertanian dan
kependudukan serta mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
Setiap KTT GNB yang diselenggarakan memiliki tujuan yang berbeda sesuai dengan
masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara anggota. Setiap negara bisa menjadi
anggota GNB namun negara tersebut harus menganut politik bebas aktif, mampu
hidup berdampingan secara damai, mendukung gerakan kemerdekaan nasional, dan
tidak menjadi anggota salah satu pakta militer.
Persyaratan
yang ditetapkan oleh GNB ternyata mampu memikat hati berbagai negara, terbukti
dengan meningkatnya jumlah negara yang bergabung. Sejak Gerakan Non Blok lahir
hingga sekarang, KTT dilakukan tiap tiga tahun sekali. Tiap KTT paling lama
tujuh hari. Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT Gerakan Non Blok ke sepuluh
pada tanggal 1 hingga 6 september 1992 di Jakarta.
Dampak
Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Politik Global
KTT
GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan
koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan
bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB
juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid. GNB mencari
perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan mewujudkan adanya
rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat penting dalam
mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada kenyataan
bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB), GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara
negara satu dengan negara yang lain.
Dampak
Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Ekonomi Global Kerjasama antara
anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia.
Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih seimbang, dan
memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses pengambilan
keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara
anggota Non-Blok berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan
program kearah tata ekonomi dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar