Kamis, 07 Oktober 2021

PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN

 A. PERAN INDONESIA PADA PENYELENGGARAAN KONFERENSI ASIA AFRIKA DI BANDUNG TAHUN 1955



A.     Munculnya Gagasan Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Masa Perang Dingin.

1.      Latar belakang diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika

Pasti kalian ingin tahu mengapa diselenggarakan Konferensi Asia Afrika. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat mempelopori berdirinya Blok Barat atau Blok Kapitalis (Liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau Blok Sosialis (Komunis). Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia – Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia – Afrika.

Pada tahun 1954, Perdana Menteri Sri Lanka (dulu bernama Ceylon) mengundang perwakilan negara Burma, India, Indonesia dan Pakistan untuk mengadakan pertemuan membahas masalah tersebut yang dikenal dengan Konferensi Kolombo. Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Indonesia saat itu Ali Sastroamidjojo. Presiden Soekarno pun menekankan pada Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide untuk menggelar Konferensi Asia Afrika.


Pertemuan tersebut diharapkan akan membangun solidaritas negara negara Asia Afrika untuk bisa lepas dari konflik yang terjadi di negara masing -  masing. Konferensi Kolombo yang dihadiri 5 negara tersebut berlangsung antara 28 April sampai 2 Mei 1954 dan membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Usulan Ali Sastroamidjojo untuk menggelar Konferensi Asia Afrika pun disetujui oleh 4 perwakilan negara lain. Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, kalian bisa melihat peran Indonesia adalah sebagai penggagas diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.

2.      Tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika

Setelah mempelajari apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika, pasti kalian ingin tahu, apa yang menjadi tujuan dari diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung Tahun 1955. Sebelum KAA dilaksanakan, tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan sebuah pertemuan persiapan di Bogor, Indonesia.

Konferensi ini dihadiri oleh wakil dari lima negara yang hadir pada Konferensi Colombo sebelumnya. Dalam pertemuan ini disepakati empat tujuan pokok KAA berikut ini:

·         Memajukan kerja sama antarbangsa Asia-Afrika demi kepentingan Bersama

·         Membahas dan meninjau persoalan ekonomi, sosial, dan budaya

·       Membahas dan berusaha mencari penyelesaian masalah kedaulatan nasionalisme, rasialisme, dan kolonialisme

·         Memperkuat kedudukan dan peranan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia

Dari tujuan yang dipaparkan diatas, jelas bagi kalian bahwa Indonesia berperan dalam menggalang kerjasama bangsa di Asia Afrika dalam mewujudkan perdamaian dunia.

 

B.      Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika sebagai bukti peran aktif Indonesia pada masa perang dingin

Secara diplomatik Indonesia mencoba melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui apakah ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika diterima atau ditentang. Gayung bersambut kebanyakan dari mereka menyambut baik ide ini dan memilih Indonesia sebagai tuan rumah konferensi tersebut.

Konferensi Asia Afrika yang dipelopori oleh 5 tokoh yang berasal dari perwakilan 5 negara yang mengikuti Konferensi Kolombo yaitu Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia), Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Mohammad Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan), Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Ceylon) dan U Nu (Perdana Menteri Burma) yang diikuti oleh 29 negara berlangsung antara tanggal 18 April sampai 24 April 1955 di Gedung Merdeka yang ada di kota Bandung, Jawa Barat.

Konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung yang tujuannya adalah menghimpun persatuan Negara-negara Asia-Afrika yang pada saat itu baru memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta meningkatkan kerja sama antar negara serta menentang segala bentuk penjajahan. Indonesia mempersiapkan kota Bandung untuk menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi. Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun disiapkan sebagai tempat konferensi. Demi memperkuat identitas dan semangat, nama Gedung Dana Pensiun diubah menjadi gedung Dwiwarna dan Gedung Concordia diganti menjadi Gedung Merdeka.

Konferensi yang dipelopori oleh menteri luar negeri Indonesia pada saat itu, Ali sastromidjojo, beserta 4 pemimpin Negara lainnya Pakista, India, Bangladesh, dan Myanmar dilaksanakan di Indonesia yaitu di Gedung Merdeka Bandung. Untukmengabadikan peristiwa sejarah penting tersebut, jalan protokol di Bandung yang terbentang di depan Gedung Merdeka diberi nama Jalan Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung menghasilkan 10 poin kesepakatan dan pernyataan yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Secara umum hasil konferensi tersebut berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia, pertemuan tersebut dikenal sebagai “The Ten Principles” atau "Dasasila Bandung", yang didalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.

Tentunya, Dasasila Bandung sebagai hasil dari KAA 1955 memiliki nilai historis tinggi dan sangat berharga bagi masyarakat Asia-Afrika karena telah memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.Dari hasil yang dicapai terlihat jelas bahwa Indonesia telah berperan dalam memberikan dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".

 

C.      Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap politik global

Sebagai bangsa Indonesia kalian pasti bangga Indonesia telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia pada masa perang dingin. Konferensi Asia Afrika memiliki arti penting yang besar pengaruhnya terutama bagi negara yang cinta damai dan telah menaikan citra Indonesia di mata dunia internasional, khususnya bagi bangsa Asia Afrika yang mendambakan kemerdekaan dan perdamaian.

Dasasila Bandung juga dianggap sebagai akhir dari era penjajahan dan kekerasan terhadap suatu kaum (apartheid). Konferensi ini juga dianalogikan sebagai suatu badan yang berpendirian luas dan toleran, yang memberi kesan kepada dunia bahwa semua orang dapat hidup bersama, bertemu, berbicara, dan mempertahankan hidupnya di dunia ini.

Melansir Museum of The Asian-African Conference, Spirit Bandung juga menimbulkan perubahan struktur badan internasional Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara Negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional. Menyusul Konferensi Asia Afrika banyak konferensi serupa diselenggarakan yakni Konferensi Islam Afrika Asia, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika, Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, Konferensi Wartawan Asia Afrika.

 

D.     Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap kehidupan ekonomi global.

Komunike akhir dari Konferensi ini menggarisbawahi perlunya negara-negara berkembang untuk melonggarkan ketergantungan ekonomi mereka pada negara-negara industri terkemuka dengan memberikan bantuan teknis satu sama lain melalui pertukaran ahli dan bantuan teknis untuk proyek-proyek pembangunan, serta pertukaran pengetahuan teknologi, dan pembentukan lembaga pelatihan dan penelitian regional.


B. PERAN INDONESIA DALAM GERAKAN NON BLOK PADA MASA PERANG DINGIN

 

Pendirian Gerakan Non Blok (GNB)

a.      Latar belakang didirikannya Gerakan Non Blok (GNB)

Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, muncul dua blok yaitu Blok Barat  (Liberalisme-Demokratis) dan Blok Timur (Sosialis-Komunis). Negara di Blok Barat memilih jumlah lebih banyak yakni 8 negara (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada ) dibandingkan Blok Timur yang hanya terdiri dari 4 negara (Uni Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan Jerman Timur). Dalam mempertahankan kedudukannya masing-masing, Blok Barat membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Tidak hanya sampai disitu, kedua blok ini masih tetap mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika dan Amerika.

Diantara Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang memilih untuk bersikap netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk Gerakan Non Blok (GNB). Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden GamalAbdul Nasser (Republik Persatuan Arab-Mesir), PM Pandith Jawaharlal Nehru (India), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).

Gerakan Non Blok. GNB resmi didirikan pada 1 September 1961 di kota Beogard, Yugoslavia bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi I (KTT I) yang dimulai dari 1-6 September 1961. Konferensi ini dihadiri oleh 25 kepala negara dan 3 kepala pemerintahan sebagai peninjau. Kepala negara yang menghadiri KTT I yaitu Afghanistan, Aljazair, Arab Saudi, Burma, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Somalia, Sudan, Tunisia, RPA, Yaman, dan Yugoslavia, sedangkan Negara peninjau yang hadir Bolivia, Brasil, dan Ekuador. 

b.      Tujuan Gerakan Non Blok (GNB)

Gerakan Non Blok atau Non Aligned Movement ini mulai dirintis sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 yang telah menghasilkan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung ini digunakan sebagai salah satu landasan Gerakan Non Blok. Selain Dasasila Bandung, prinsip dasar Gerakan Non Blok diambil dari dua hal lagi yaitu lima poin pidato Jawaharlal Nehru dan Deklarasi Havana 1979. Dari tiga hal ini, lahirlah tujuan Gerakan Non Blok. 

Tujuannya yaitu memperhatikan kedaulatan negara-negara non blok dan menentang segala bentuk kejahatan politk internasional. Seperti imperialisme, kolonialisme dan neo-kolonialisme, rasisme, apartheid, agresi milter, dominasi dan hegemoni salah satu blok besar. Dan yang paling utama adalah untuk mengakhiri Perang Dingin. Dari tujuan Gerakan Non Blok terlihat dengan jelas peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui Gerakan Non Blok ini karena Indonesia ternasuk sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok (GNB)


Pendirian Gerakan Non Blok sebagai Bukti Peran Aktif Indonesia pada Masa Perang Dingin

Masa perang dingin adalah masa-masa yang penuh kecemasan. Penduduk dunia yang tidak aneh-aneh takut jika perang dingin berubah menjadi perang dunia ketiga atau perang nuklir. Untuk mencegah terganggunya kedamaian dunia, maka para pemimpin dunia yang cinta damai berinisiatif untuk membentuk sebuah aliansi perdamaian. Gerakan Non Blok (GNB) didirikan dilatarbelakangi oleh munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia dan adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.

Gerakan Non-Blok itu sendiri lahir dari pertemuan puncak Asia-Afrika pada konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara[1]negara yang tidak memihak blok tertentu telah menyatakan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi Ideologi Barat – Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden Gamal Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah). Dalam GNB, Indonesia memiliki peran penting sebab negara ini memiliki prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, tidak mendukung pakta miliiter atau aliansi militer manapun. Prinsip tersebut dianggap sesuai dengan tujuan didirikannya GNB.

Pada tahun 1992, peran penting lain dari Indonesia bagi KTT GNB adalah sebagai tuan rumah dan Presiden Soeharto sebagai ketua GNB. Pada saat itu, Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang seperti pertanian dan kependudukan serta mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan. Setiap KTT GNB yang diselenggarakan memiliki tujuan yang berbeda sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara anggota. Setiap negara bisa menjadi anggota GNB namun negara tersebut harus menganut politik bebas aktif, mampu hidup berdampingan secara damai, mendukung gerakan kemerdekaan nasional, dan tidak menjadi anggota salah satu pakta militer.

Persyaratan yang ditetapkan oleh GNB ternyata mampu memikat hati berbagai negara, terbukti dengan meningkatnya jumlah negara yang bergabung. Sejak Gerakan Non Blok lahir hingga sekarang, KTT dilakukan tiap tiga tahun sekali. Tiap KTT paling lama tujuh hari. Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT Gerakan Non Blok ke sepuluh pada tanggal 1 hingga 6 september 1992 di Jakarta.


Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Politik Global

KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid. GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Ekonomi Global Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUBUNGAN PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR; DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, PAN-ISLAMISME DENGAN GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA

  PERKEMBANGAN PAHAM DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, DAN PAN ISLAMISME ·          Demokrasi Istilah “ demokrasi” beras...