Ethische Politiek
( Politik Etis )
Gagasan
politik ini ditemukan oleh Van Deventer sebagai politik balas budi kepada
rakyat Indonesia. Kebijakan politik etis ini bertumpu pada tiga bidang. yaitu
pendidikan. irigasi. dan transmigrasi. Di bidang pendidikan, tujuan jangka
pendeknya adalah menjadikan rakyat Indonesia bisa membaca dan menulis menjadi
tenaga menengah pada parusahaan-perusahaan Belanda. Perkebunan-perkebunan tebu membutuhkan irigasi yang
intensif. Pabrik-pabrlk yang banyak jumlahnya, kantor-kantor dagang dan
cabang-cabang perusahaan yang lain menyebabkan timbulnya kebutuhan tenaga kerja
yang murah dibutuhkan dl luar Jawa sebagai daerah-daerah yang baru dibuka untuk
perkebunan. Dari program politik etis
ini di bidang pendidikan lahirnya kaum terpelajar yang dalam perkembangannya
menjadi pelopor dan pemimpin pergerakan nasional.
Dampak di Bidang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan
Pendidikan
di Indonesia
Bidang Politik
Kuatnya
pengaruh di bidang politik. pemerintah kolonial Belanda tidak sekadar
memengaruhi jalannya pemerintahan pribumi atau kekuasaan kerajaan-keraiaan yang
ada di Indonesia. Akan tetapi, juga dapat menentukan wilayah-wilayah kekuasaan
kerajaan. bahkan tidak sedikit wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan yang diambil
alih pemerintah Hindia Belanda. Wilayah kekuasaan yang diduduki kerajaan
semakin dipersempit, bahkan tidak sedikit kekuasaan kerajaan yang sampai
dihapuskan. Kemudian kedudukan para penguasa pribumi menjadi aparat pemerintah
kolonial.
Keberadaan
masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan kolonial dibagi dalam dua situasi. Keberadaan dalam situasi sebelum dijalankan
politik etis, kehidupan masyarakat terdiri atas beberapa golongan berdasarkan
status sosial, yaitu kalangan bawah, menengah, dan atas. Kalangan bawah adalah
rakyat jelata, yang meliputi kaum buruh di pertanian, perdagangan, pertukangan,
dan para pekerja rendah lainnya. Kalangan menengah meliputi pedagang, petani
pemilik tanah, dan pegawai pemerintahan kolonial. Kalangan atas meliputi pemuka
agama, bangsawan dari kerabat kerajaan, dan yang sederajat.
Keberadaan dalam situasi sesudah dijalankan politik etis, kehidupan masyarakat ditandai dengan tumbuhnya kalangan pelajar. Sebagian besar yang termasuk kepada kalangan ini adalah mereka yang berasal dari kalangan masyarakat kelas menengah ke atas.
Bidang Ekonomi
Ketika
pemerintahan kolonial Belanda berkuasa. para penguasa pribumi kedudukannya
menjadi aparatur pemerintah kolonial. Mereka tidak lagi mendapat penghasilan
dari tanah jabatan (lungguh) dan upeti seperti sebelumnya. Pendapatan mereka
diganti dengan gaji menurut ketentuan pemerintah kolonial. Akibatnya penghasilan
mereka jauh menurun dari sebelumnya.
Rakyat
terutama nasib para petani menanggung beban amat berat. Rakyat diharuskan
menanam tanaman yang menguntungkan pemerintah kolonial. Rakyat terancam
kehilangan mata pencaharian, banyak barang dagangan yang dijadikan monopoli
pemerintah kolonial. Banyak dari mereka hanya kuli perkebunan. Mereka tidak
bisa bergerak bebas mengembangkan perekonomiannya karena diam dan dibatasi.
Bidang Sosial
Khususnya
nasib para penguasa, kedudukan mereka berubah menjadi aparatur pemerintah kolom
Belanda, mereka menjadi turun deraiat dan kehormatan sebagai pemuka masyarakat
pribumi. Mereq bukan Iagi sebagai penguasa, melainkan hanyalah sebagai pembantu
pemerintah kolonial, sedangk derajat kehidupan rakyat biasa diiniak-iniak.
Martabat dan hak-haknya tidak mendapat pengakuan perlindungan. Keseharian
mereka diliputi rasa cemas dan tidak percaya diri, bodoh, serta termarginalkan.
Bidang Budaya
Walaupun
tidak serta merta, tata kehidupan barat sedikit demi sedikit berkembang menjadi
tata kehidupan pribumi. Cara pergaulan, gaya hidup, bahasa, dan cara berpakaian
barat mulai dikenal kalangan keraton maupun masyarakat, dan terus berkembang
mengikis tradisi-tradisi keraton maupun masyarakat. Hingga sekarang pengaruhnya
dapat dirasakan.
Bidang Pendidikan
Sebelum
masa Kolonial, daerah Islam di Indonesia sudah memiliki dan melaksanakan suatu
sistem pendidikan yang menitikberatkan pada keterampilan membaca Alquran,
praktik salat, dan pelajaran tentang dasar agama Islam yang pokok. Pemerintah
kolonial Belanda tidak mau membantu pendidikan Islam, tetapi membantu
pendidikan Kristen. Mereka menyusun kurikulum pendidikannya, dan menempatkannya
sebagai pintu masuk bagi pengajaran ilmu pengetahuan yang sekuler.