Kamis, 14 Oktober 2021

HUBUNGAN PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR; DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, PAN-ISLAMISME DENGAN GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA

 

PERKEMBANGAN PAHAM DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, DAN PAN ISLAMISME

·         Demokrasi

Istilah “ demokrasi” berasal dari Yunani Kuno pada abad ke-5 SM. Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan. Dengan demikian, demokrasi dapat diartikan pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. dalam negara demokrasi, rakyatlah yang berdaulat. Pada masa Yunani Kuno, demokrasi yang dilaksanakan adalah demokrasi langsung, yaitu rakyat yang menjadi warga negara terlibat langsung dalam pemikiran, pembahasan, dan pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang mengangkut kehidupan negara. Hal tersebut dimungkinkan karena negara kota mempunyai wilayah yang belum begitu luas dengan jumlah penduduk yang belum begitu banyak, yaitu sekitar 300 ribu jiwa. selian itu, ketentuan-ketentuan menikmati demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi, sedangkan bagi warga negara yang berstatus budak, pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmatinya.

Gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat ketika Eropa memasuki Abad Pertengahan. Pada masa ini terjadi praktik feodalisme. Kehidupan sosial dan spiritual dikuasai gereja, sedangkan kehidupan politiknya dikuasai para bangsawan. Awal timbulnya kembali demokrasi ditandai dengan munculnya Magna Charta tahun 1215 di Inggris. Dalam piagam ini ditegaskan bahwa Raja John mengikuti dan menjamin beberapa hak dan hak khusus bawahannya. Selain itu, piagam tersebut juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar yaitu adanya pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja

Momentum lainnya yang menandai kemunculan kembali demokrasi di dunia Barat adalah gerakan Renaissance. Renaissance adalah gerakan yang menghidupkan kembali sastra dan budaya Yunani Kuno. Gerakan ini berintikan pada pemuliaan pada akal pikiran untuk selalu mencipta dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga gerakan ini telah mengilhami munculnya kembali gerakan demokrsi.Tokoh-tokoh yang mendukung berkembangnya demokrasi antara lain John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Montesquieu dari Perancis (1689-1755). Menurut John Locke, hak-hak politik manusia mencakup hak hidup, hak kebebasan, dan hak untuk mempunyai milik (life, liberty, dan property). Montesquieu menyusun suatu sistem yang dapat menjamin kedaulatan pemerintahan dengan cara pemisahan kekuasaan melalui Trias Politika (eksekutif, legislative, dan yudikatif).

Menurut gagasan demokrasi, pemerintah merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas yang dikuasai atas nama rakyat. pemerintah tunduk pada beberapa pembatasan untuk memberikan jaminan bahwa kekuasaan pemerintah tidak disalahgunakan oleh penguasa. Pembatasan tertuang dalam Undang-Undang Dasar yang membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara.Dasar-dasar demokrasi di Eropa, terutama Inggris menginspirasi perkembangan demokrasi di Amerika Serikat. Penyusunan deklarasi kemerdekaan tahun 1776, diakui Thomas Jefferson mendapat pengaruh kuat dari pemikiran John Locke dan Rousseau. Dari John Locke diambil pemikiran tentang semua manusia diciptakan setara. Dari J.J. Rousseau diambil pemikiran bahwa rakyat dapat mengadakan perlawanan menghadapi pemerintah manakala pemerintah tidak menghargai hak[1]hal tersebut.

Di seluruh dunia, revolusi mulai terjadi di mana-mana menentang kekuasaan otoriter dan monarchi absolut. Faham demokrasi menjadi ide perjuangan rakyat.Demokrasi menjadi semakin populer di kalangan warga negara. Di pertengahan abad ke-20 hampir setiap negara independen memiliki pemerintahan yang memiliki beberapa prinsip dan cita-cita demokrasi.

 

·         Liberalisme

Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahaa Inggris disebut liberty yang artinya kebebasan. Liberalisme adalah suatu faham yang menghendaki adanya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk bertempat tinggal, kemerdekaan pribadi, hak untuk menentang penindasan, serta hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi dan hak milik. Sebagai suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa renaissance yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja atau agama. Saat itu, kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Rakyat tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat dan bertindak.

Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan di semua bidang kehidupan. Konsep kebebasan dalam bidang politik melahirkan pemikiran tentang negara yang demokrasi. Konsep bebas dalam bidang ekonomi membuat masyarakat menentang monopoli dan campur tangan pemerintah, rakyat menginginkan ekonomi bebas. Dalam bidang moral, liberalisme menjunjung tinggi kebebasan individu dan menentang otoriterisme.Dalam bidang agama, kaum liberal menginginkan kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinannya, bebas beribadah menurut agamanya, dan juga bebas untuk tidak menganut agama apapun. Urusan agama tidak boleh dicampur dengan urusan pemerintahan.

Gerakan liberalisme banyak dipengaruhi oleh tulisan Voltaire, Montesquieu, John Lock, dan J.J. Rousseu. Menurut John Locke, negara terbentuk dari perjanjian sosial individu yang hidup bebas dari penguasa. Menurut Montesquieu di dalam bukunya The Spirit of Law, mengemukakan tentang pemisahan kekuasaan menjadi eksekutif, legislative, dan yudikatif. Setiap kekuasaan saling mengawasi dan mengimbangi satu dengan yang lain. Apabila kekuasaan berada dalam satu tangan, baik individu maupun lembaga, kesewenang-wenangan akan muncul.

Gerakan liberalisme ini akhirnya meningkat menjadi gerakan politik dan meletus dalam bentuk revolusi, seperti Revolusi Amerika (1776). Liberalism dan Revolusi Amerika ini kemudian mempengaruhi rakyat Perancis hingga meletus Revolusi Perancis (1789). Melalui kekuasaannya, Napoleon Bonaparte menyebarkan semangat liberalisme ke negara-negara Eropa lainnya melalui semboyan liberte, egalite, dan fraternite (kebebasan, kebersamaan, dan persaudaraan). Ketika kekuasaan Napoleon jatuh (1815), paham liberal sudah tersebar ke seluruh Eropa dan Amerika.

 

·         Sosialisme

Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara berdasarkan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perorangan. Berdasarkan sosialisme, maka harta benda, indusdtri dan perusahaan menjadi milik negara. Tujuannya, yaitu untuk mewujudkan masyarakat sosial yang sejahtera.Kata sosialisme pertama kali digunakana oleh Alexander Vinet, seorang teolog Protestan berkebangaan Perancis di dalam artikelnya yang ditulis dalam surat kabar Le Semeur (penabur) di tahun 1831.

Sosialisme muncul akibat adanya perkembangan industrialisasi di Eropa. Dalam industrialisasi, Perusahaan-perusahaan yang didirikan merupakan milik swasta atau perorangan. Pemilik modal perusahaan itu disebut kaum kapitalis. Dalam menjalankan perusahaan atau pabrik-pabriknya, para pengusaha (pemilik modal) memerlukan orang-orang sebagai pekerja. Para pekerja ini disebut dengan buruh(proletar). Upah buruh sangat rendah dengan beban kerja yang sangat berat. Buruh juga tidak mendapatkan jaminan dan perlindungan kesejahteraan. Sehingga kemiskinan dan kriminalitas meningkat. Sementara itu kaum kapital semakin kaya raya dan menguasai ekonomi rakyat. Terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara kaum kapital dengan kaum buruh. Akhirnya kaum buruh melakukan perlawanan yang menuntut hak-hak, jaminan, dan pelindungan dari kaum kapitalis.

Kaum buruh bersatu dan membentuk kelompok yang mementingkan kedudukan dan status mereka. Golongan inilah yang kemudian disebut dengan golongan sosialis. Tokoh golongan sosialis diantaranya Robert Owen dari Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier dari Perancis, serta Karl Marx dan Friedrich Engels dari Jerman. Perjuangan tokoh-tokoh sosialisme yang sangat terkenal di seluruh dunia ialah Karl Marx dan Friedrich Engels yang menulis buku yang berjudul das Capital. Karl Marx menyatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan sejarah perjuangan kelas. Karl Marx menginginkan kehidupan masyarakat tanpa kelas. Lebih lanjut Karl Marx menyatakan bahwa sosialisme merupakan langkah penentu menuju masyarakat sosialis yang akan mencapai pengembangan diri yang sempurna.

Karl Marx selanjutnya menyebut ajarannya itu sebagai komunisme dan pengikutnya disebut komunis. Istilah komunisme sendiri sebenarnya bukan ciptaan Karl Marx, melainkan ciptaan sosialis Prancis, Etienne Cabet (1788-1856). Kata komunis itu berasal dari bahasa latin Communio yang artinya kepunyaan bersama. Ajaran sosilisme-komunisme Karl Marx kemudian berkembang di Rusia dibawah pimpinan Lenin. Hal paling utama dari komunisme adalah antikapitalisme. Komunisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan dengan prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Selain itu, komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga komunisme juga disebut antiliberalisme.

Komunis sangat membatasi agama pada rakyatnya. Agama dianggap candu yang membuat orang berangan-angan dan membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Komunisme perlahan-lahan menyebar ke seluruh dunia tepatmya setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Negara-negara yang menganut paham komunis diantaranya Tiongkok, Vietnam, Kuba, dan Korea Utara.

 

·         Nasionalisme

Kata Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris nation, atau natie dalam bahasa Belanda, yang berarti bangsa. Kata nation sendiri berasal dari bahasa latin yaitu nascos yang artinya ‘saya lahir ‘. Nasionalisme merupakan semangat dan perasaan kesadaran sebagai satu bangasa. Perasaan satu bangsa ini dipersatukan oleh kesamaan nasib, budaya, bahasa, wilayah, cita-cita, disertai dengan adanya kesetiaan terhadap bangsanya. Hans Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara dan bangsa.

Paham nasionalisme pada awalnya berkembang di Eropa pada akhir abad pertengahan. Kerajaan-kerajaan di Eropa Barat dan Eropa Utara terlibat dalam perang keagamaan yaitu antara agama kristen Katolik dan Kristen Protestan yang berlangsung selama 30 tahun (1618-1648). Pada saat itu Belanda yang sebagian besar rakyatnya beragama kristen Protestan dikuasai oleh Sepanyol yang beragama Kristen Katolik. Perjuangan bangsa Belanda terhadap penajahan Sepanyol ini merupakan perjuangan untuk menegakkan nasionalisme di ERopa untuk pertama kalinya pada abad ke-17.

Pada masa kekaisaran Romawi, kata nation memiliki makna peyoratif, yaitu digunakan untuk mengolok-olok orang asing. Pada abad pertengahan, kata nationdigunakan sebagai nama kelompok pelajar asing di berbagai perguruan tinggi Eropa. Baru setelah abad ke-18, kata nation mendapatkan makna yang lebih positif di Perancis. Pada masa itu, Parlemen Perancis menyebut diri mereka sebagai assemblee nationale yang menandai transformasi institusi politik tersebut. Dari sifat ekslusif yang hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan ke sifat egaliter dimana semua kelas meraih hak yang sama dengan elite dalam berpolitik. Dari sinilah, makna kata nation memjadi seperti sekatrang, yaitu merujuk pada bagnsa atau kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara.Pada akhir abad ke-18 perjuangan nasionalisme bangsa-banga Eropa semakin nyata. Hal itu nampak ketika Napoleon Bonaparte mengusasi hampir seluruh Eropa kecuali Inggris dan Rusia.

Semangat bangsa-bangsa Eropa untuk melepaskan diri dari kekuasaan Napoleon membangkitkan semangat nasionalisme. Perjuangan nasionalisme banga-bangsa Eropa mendapatkan hasil nyata, diantaranya Belgia mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1839 lepas dari kekuasaan Belanda dan Hongaria mendapatkan pengakuan kedaulatannya pada tahun 1948.

·         Pan-Islamisme

Pan-Islamisme merupakan gerakan mengajak semua umat Islam di dunia untuk bersatu, melupakan perbedaan warna kulit, etnik, bangsa, dan budaya. Menurut Mahmudunnasir (2005), pada dasarnya ajakan bersatu ini adalah salah satu ajaran dasar agama Islam yang telah dikumandangkan oleh Nabi Muhammad SWA dalam dakwah-dakwahnya. Sebelum masuknya Islam, bangsa Arab terpecah-pecah dan saling berselisih satu sama lain. Perpecahan dan perselisihan ini telah dipersatukan oleh Islam. Persatuan ini bukan saja terjadi di Arab, melainkan juga di darah luar Arab hingga Islam menguasai dunia.

Pada masa berikutnya, negara-negara Islam mengalami kemuduran akibat seringnya terjadi perebutan kekuasaan. Mereka mengedepankan kepentingan kelompok dan ego masing-masing. Kemunduran peradaban Islam ini diikuti oleh banyaknya negara-negara Islam yang dikuasai oleh bangsa colonial. Kenyataan inilah yang mengugah kesadaran untuk kembalinya persatuan umat Islam dunia. Tokoh-tokoh Islam yang menyadari pentingnya persatuan Islam seluruh dunia seperti Al Tahtawi (1801-1873), Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-1905). Jamaluddin Al-Afhani memiliki ide mendirikan Pan-Islamisme yang mempersatukan umat Islam seluruh dunia, dengan persatuan itu maka akan mampu menghadapi dan mengusir penjajah. Menurut Jamalauddin, kemunduran Islam disebabkan oleh beberapa faktor seperti umat Islam telah meninggalkan ajaran-ajaan Islam yang sebenarnya, berpegang kuat pada taklid, bersikap fatalis, meninggalkan akhlak mulia, lemahnya persaudaraan Islam, menyerahkan urusan administrasi negara kepada yang bukan ahlinya, dan melupakna ilmu pengetahuan.

Pan Islamisme telah memperolah dukungan dari hamper semua pimpinan Islam dan tokoh-tokoh intelektual sepanjang abad ke-19 - 20. Pan -Islamisme telah memberikan inspirasi bagi lahirnya banyak negeri Islam dan gerakan-gerakan nasionalisme di Asia-Afrika. Upaya-upaya, semangat, dan ide Pan-Islamisme mendorong terbentuknya Liga Dunia Islam pada tahun 1962. Liga ini didukung oleh 43 negara yang kemudian mendorong diselenggarkaannya konferensi Islam lainnya. Pada tanggal 25 September 1969 dibentuk juga Organisation of Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Organisasi ini dipandang sebagai upaya menampung aspirasi Pas Islamisme karena organisasi ini dibentuk atas kerja sama antar pemerintah negara-negara Islam.

Kamis, 07 Oktober 2021

PERAN AKTIF INDONESIA PADA MASA PERANG DINGIN

 A. PERAN INDONESIA PADA PENYELENGGARAAN KONFERENSI ASIA AFRIKA DI BANDUNG TAHUN 1955



A.     Munculnya Gagasan Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Masa Perang Dingin.

1.      Latar belakang diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika

Pasti kalian ingin tahu mengapa diselenggarakan Konferensi Asia Afrika. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat mempelopori berdirinya Blok Barat atau Blok Kapitalis (Liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau Blok Sosialis (Komunis). Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia – Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia – Afrika.

Pada tahun 1954, Perdana Menteri Sri Lanka (dulu bernama Ceylon) mengundang perwakilan negara Burma, India, Indonesia dan Pakistan untuk mengadakan pertemuan membahas masalah tersebut yang dikenal dengan Konferensi Kolombo. Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Indonesia saat itu Ali Sastroamidjojo. Presiden Soekarno pun menekankan pada Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide untuk menggelar Konferensi Asia Afrika.


Pertemuan tersebut diharapkan akan membangun solidaritas negara negara Asia Afrika untuk bisa lepas dari konflik yang terjadi di negara masing -  masing. Konferensi Kolombo yang dihadiri 5 negara tersebut berlangsung antara 28 April sampai 2 Mei 1954 dan membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Usulan Ali Sastroamidjojo untuk menggelar Konferensi Asia Afrika pun disetujui oleh 4 perwakilan negara lain. Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, kalian bisa melihat peran Indonesia adalah sebagai penggagas diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.

2.      Tujuan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika

Setelah mempelajari apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika, pasti kalian ingin tahu, apa yang menjadi tujuan dari diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung Tahun 1955. Sebelum KAA dilaksanakan, tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan sebuah pertemuan persiapan di Bogor, Indonesia.

Konferensi ini dihadiri oleh wakil dari lima negara yang hadir pada Konferensi Colombo sebelumnya. Dalam pertemuan ini disepakati empat tujuan pokok KAA berikut ini:

·         Memajukan kerja sama antarbangsa Asia-Afrika demi kepentingan Bersama

·         Membahas dan meninjau persoalan ekonomi, sosial, dan budaya

·       Membahas dan berusaha mencari penyelesaian masalah kedaulatan nasionalisme, rasialisme, dan kolonialisme

·         Memperkuat kedudukan dan peranan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia

Dari tujuan yang dipaparkan diatas, jelas bagi kalian bahwa Indonesia berperan dalam menggalang kerjasama bangsa di Asia Afrika dalam mewujudkan perdamaian dunia.

 

B.      Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika sebagai bukti peran aktif Indonesia pada masa perang dingin

Secara diplomatik Indonesia mencoba melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui apakah ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika diterima atau ditentang. Gayung bersambut kebanyakan dari mereka menyambut baik ide ini dan memilih Indonesia sebagai tuan rumah konferensi tersebut.

Konferensi Asia Afrika yang dipelopori oleh 5 tokoh yang berasal dari perwakilan 5 negara yang mengikuti Konferensi Kolombo yaitu Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia), Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Mohammad Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan), Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Ceylon) dan U Nu (Perdana Menteri Burma) yang diikuti oleh 29 negara berlangsung antara tanggal 18 April sampai 24 April 1955 di Gedung Merdeka yang ada di kota Bandung, Jawa Barat.

Konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung yang tujuannya adalah menghimpun persatuan Negara-negara Asia-Afrika yang pada saat itu baru memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta meningkatkan kerja sama antar negara serta menentang segala bentuk penjajahan. Indonesia mempersiapkan kota Bandung untuk menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi. Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun disiapkan sebagai tempat konferensi. Demi memperkuat identitas dan semangat, nama Gedung Dana Pensiun diubah menjadi gedung Dwiwarna dan Gedung Concordia diganti menjadi Gedung Merdeka.

Konferensi yang dipelopori oleh menteri luar negeri Indonesia pada saat itu, Ali sastromidjojo, beserta 4 pemimpin Negara lainnya Pakista, India, Bangladesh, dan Myanmar dilaksanakan di Indonesia yaitu di Gedung Merdeka Bandung. Untukmengabadikan peristiwa sejarah penting tersebut, jalan protokol di Bandung yang terbentang di depan Gedung Merdeka diberi nama Jalan Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung menghasilkan 10 poin kesepakatan dan pernyataan yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Secara umum hasil konferensi tersebut berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia, pertemuan tersebut dikenal sebagai “The Ten Principles” atau "Dasasila Bandung", yang didalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.

Tentunya, Dasasila Bandung sebagai hasil dari KAA 1955 memiliki nilai historis tinggi dan sangat berharga bagi masyarakat Asia-Afrika karena telah memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.Dari hasil yang dicapai terlihat jelas bahwa Indonesia telah berperan dalam memberikan dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".

 

C.      Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap politik global

Sebagai bangsa Indonesia kalian pasti bangga Indonesia telah berperan dalam menciptakan perdamaian dunia pada masa perang dingin. Konferensi Asia Afrika memiliki arti penting yang besar pengaruhnya terutama bagi negara yang cinta damai dan telah menaikan citra Indonesia di mata dunia internasional, khususnya bagi bangsa Asia Afrika yang mendambakan kemerdekaan dan perdamaian.

Dasasila Bandung juga dianggap sebagai akhir dari era penjajahan dan kekerasan terhadap suatu kaum (apartheid). Konferensi ini juga dianalogikan sebagai suatu badan yang berpendirian luas dan toleran, yang memberi kesan kepada dunia bahwa semua orang dapat hidup bersama, bertemu, berbicara, dan mempertahankan hidupnya di dunia ini.

Melansir Museum of The Asian-African Conference, Spirit Bandung juga menimbulkan perubahan struktur badan internasional Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara Negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional. Menyusul Konferensi Asia Afrika banyak konferensi serupa diselenggarakan yakni Konferensi Islam Afrika Asia, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika, Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, Konferensi Wartawan Asia Afrika.

 

D.     Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap kehidupan ekonomi global.

Komunike akhir dari Konferensi ini menggarisbawahi perlunya negara-negara berkembang untuk melonggarkan ketergantungan ekonomi mereka pada negara-negara industri terkemuka dengan memberikan bantuan teknis satu sama lain melalui pertukaran ahli dan bantuan teknis untuk proyek-proyek pembangunan, serta pertukaran pengetahuan teknologi, dan pembentukan lembaga pelatihan dan penelitian regional.


B. PERAN INDONESIA DALAM GERAKAN NON BLOK PADA MASA PERANG DINGIN

 

Pendirian Gerakan Non Blok (GNB)

a.      Latar belakang didirikannya Gerakan Non Blok (GNB)

Pada tahun 1945, Perang Dunia II berakhir, muncul dua blok yaitu Blok Barat  (Liberalisme-Demokratis) dan Blok Timur (Sosialis-Komunis). Negara di Blok Barat memilih jumlah lebih banyak yakni 8 negara (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luxemburg, Norwegia, dan Kanada ) dibandingkan Blok Timur yang hanya terdiri dari 4 negara (Uni Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan Jerman Timur). Dalam mempertahankan kedudukannya masing-masing, Blok Barat membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Tidak hanya sampai disitu, kedua blok ini masih tetap mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika dan Amerika.

Diantara Blok Barat dan Blok Timur, ada beberapa negara yang memilih untuk bersikap netral. Negara-negara netral tersebut pun membentuk Gerakan Non Blok (GNB). Pembentukan GNB ini diprakarsai oleh Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden GamalAbdul Nasser (Republik Persatuan Arab-Mesir), PM Pandith Jawaharlal Nehru (India), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).

Gerakan Non Blok. GNB resmi didirikan pada 1 September 1961 di kota Beogard, Yugoslavia bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi I (KTT I) yang dimulai dari 1-6 September 1961. Konferensi ini dihadiri oleh 25 kepala negara dan 3 kepala pemerintahan sebagai peninjau. Kepala negara yang menghadiri KTT I yaitu Afghanistan, Aljazair, Arab Saudi, Burma, Kamboja, Sri Lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Somalia, Sudan, Tunisia, RPA, Yaman, dan Yugoslavia, sedangkan Negara peninjau yang hadir Bolivia, Brasil, dan Ekuador. 

b.      Tujuan Gerakan Non Blok (GNB)

Gerakan Non Blok atau Non Aligned Movement ini mulai dirintis sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 yang telah menghasilkan Dasasila Bandung. Dasasila Bandung ini digunakan sebagai salah satu landasan Gerakan Non Blok. Selain Dasasila Bandung, prinsip dasar Gerakan Non Blok diambil dari dua hal lagi yaitu lima poin pidato Jawaharlal Nehru dan Deklarasi Havana 1979. Dari tiga hal ini, lahirlah tujuan Gerakan Non Blok. 

Tujuannya yaitu memperhatikan kedaulatan negara-negara non blok dan menentang segala bentuk kejahatan politk internasional. Seperti imperialisme, kolonialisme dan neo-kolonialisme, rasisme, apartheid, agresi milter, dominasi dan hegemoni salah satu blok besar. Dan yang paling utama adalah untuk mengakhiri Perang Dingin. Dari tujuan Gerakan Non Blok terlihat dengan jelas peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui Gerakan Non Blok ini karena Indonesia ternasuk sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok (GNB)


Pendirian Gerakan Non Blok sebagai Bukti Peran Aktif Indonesia pada Masa Perang Dingin

Masa perang dingin adalah masa-masa yang penuh kecemasan. Penduduk dunia yang tidak aneh-aneh takut jika perang dingin berubah menjadi perang dunia ketiga atau perang nuklir. Untuk mencegah terganggunya kedamaian dunia, maka para pemimpin dunia yang cinta damai berinisiatif untuk membentuk sebuah aliansi perdamaian. Gerakan Non Blok (GNB) didirikan dilatarbelakangi oleh munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia dan adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.

Gerakan Non-Blok itu sendiri lahir dari pertemuan puncak Asia-Afrika pada konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara[1]negara yang tidak memihak blok tertentu telah menyatakan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi Ideologi Barat – Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok (Non Aligned Movement) diprakarsai oleh para pemimpin negara dari Indonesia (Presiden Soekarno), Republik Persatuan Arab–Mesir (Presiden Gamal Abdul Nasser), India (Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru), Yugoslavia (Presiden Joseph Broz Tito), dan Ghana (Presiden Kwame Nkrumah). Dalam GNB, Indonesia memiliki peran penting sebab negara ini memiliki prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, tidak mendukung pakta miliiter atau aliansi militer manapun. Prinsip tersebut dianggap sesuai dengan tujuan didirikannya GNB.

Pada tahun 1992, peran penting lain dari Indonesia bagi KTT GNB adalah sebagai tuan rumah dan Presiden Soeharto sebagai ketua GNB. Pada saat itu, Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang seperti pertanian dan kependudukan serta mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan. Setiap KTT GNB yang diselenggarakan memiliki tujuan yang berbeda sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh negara-negara anggota. Setiap negara bisa menjadi anggota GNB namun negara tersebut harus menganut politik bebas aktif, mampu hidup berdampingan secara damai, mendukung gerakan kemerdekaan nasional, dan tidak menjadi anggota salah satu pakta militer.

Persyaratan yang ditetapkan oleh GNB ternyata mampu memikat hati berbagai negara, terbukti dengan meningkatnya jumlah negara yang bergabung. Sejak Gerakan Non Blok lahir hingga sekarang, KTT dilakukan tiap tiga tahun sekali. Tiap KTT paling lama tujuh hari. Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT Gerakan Non Blok ke sepuluh pada tanggal 1 hingga 6 september 1992 di Jakarta.


Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Politik Global

KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid. GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan Ekonomi Global Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.

Rabu, 22 September 2021

PENGARUH REVOLUSI AMERIKA, PERANCIS, CINA, DAN RUSIA BAGI KEHIDUPAN UMAT MANUSIA MASA KINI

 

A.    Pengaruh Revolusi Amerika

Revolusi Amerika merupakan salah satu revolusi besar dunia yang berpengaruh terhadap umat manusia. Di Eropa, Revolusi Amerika ini menjadi inspirasi terjadinya Revolusi Perancis. Rakyat Perancis secara bersama-sama bersatu menyerang dan menguasai penjara Bastille sebagai salah satu upaya menggulingkan kekuasaan Louis XVI yang absokut. Revolusi Amerika ini juga mempengaruhi wilayah-wilayah lainnya di dunia. Di Amerika Latin, pengaruh Revolusi Amerika mendorong negara-negara di kawasan itu untuk melepaskan diri dari ikatan penjajahan, Revolusi Amerika mempunyai pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan hak asasi manusia dan pelaksanaan pemerintahan demokrasi di dunia. Hal ini dikarenakan Reformasi Amerika merupakan peperangan untuk mempertahankan kebebasan, kemerdekaan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Presiden Amerika Serikat ke-16 Abraham Linconln dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan hak[1]hak asasi manusia. Ia seorang Presiden Amerika Serikat yang menentang praktik perbudakan. Penghapusan praktik perbudakan di Amerika Serikat membawa angin segar bagi pelaksanaan hak-hak asasi manusia yang mengilhami lahirnya Pernyataan Hak-Hak Asasi Manusia Sedunia pada 10 Desember 1948.

Sementara itu semangat Reformasi Amerika mempengaruhi pergerakan nasional di Indonesia. Pengaruh tersebut lebih bersifat pada paham-paham tentang hak bagi setiap bangsa untuk memperoleh kemerdekaan dan kedaulatan. Munculnya golongan terpelajar dan semakin luasnya hubungan antar bangsa, khususnya setelah dibukanya terusan Suez, telah membuka kesadaran akan perlunya hak asasi manusia.

Kaum terpelajar berkesimpulan bahwa untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak mungkin diperoleh dari tangan penjajah, melainkan harus diperhitungkan dengan kekuatan sendiri. Anggapan ini diyakini betul oleh organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Indiche Partij, Perhimpunan Indonesia, dan PNI. Indiche Partij dalam tujuan organisasinya menyatakan bahwahendak menumbuhkan dan meningkatkan integrasi semua golongan untuk memajukan tanah air yang dilandasi oleh jiwa nasional dan kehidupan rakyat yang merdeka. Sementara itu, Perhimpunan Indonesia secara lebih tegas menuliskan tujuan yaitu untuk memperoleh suatu pemerintahan untuk Indonesia. Hal ini dicapai tanpa meminta pertolongan siapa pun, juga tidak bekerja sama dengan pemerintah Kolonial Belanda.

Kemerdekaan Indonesia akan dicapai dengan aksi bersama yang serentak oleh rakyat Indonesia. PNI secara gambling menyatakan tujuannya “Indonesia Mereka”. Tujuan itu akan dicapai dengan asas “percaya pada diri sendiri”.

 

B.     Pengaruh Revolusi Perancis

Revolusi Prancis telah mengilhami perjuangan bangsa-bangsa trjajah di Asia-Afrika termasuk Indonesia. Nasionalisme di Asia-Afrika, termasuk Indonesia muncul sebagai akibat dari penindasan yang dilakukan oleh negara-negara imperialism Barat. Pelaksanaan politik etis telah memberikan kesempatan pendidikan kepada penduduk bumi putera walaupun dalam lingkup yang terbatas. Adanya pendidikan telah mendorong munculnya golongan baru, yaitu golongan terpelajar yang menjadi pelopor pergerakan nasional. Melalui pendidikan itu pula kaum terpelajar dapat mengikuti perkembanngan pemikiran bangsa-bangsa Barat.

Mereka mempelajari berbagai ide dan paham-paham baru yang berkembang di Eropa pada waktu itu, seperti liberalism, demokrasi, dan nasionalisme. Dalam masa pergerakan nasional azas-azas demokrasi seperti yang diperjuangkan oleh rakyat Prancis, di coba untuk digerakkan oleh kaum bumi putera. Pada 20 September 1939 Gabungan Politik Indonesia (GAPI) menyampaikan gagasannya yang dikenal dengan “manifestaasi GAPI” yang isinya mengajak Indonesia dan Belanda untuk bekerja sama untuk menghadapi bahaya fasisme. Kerja sama itu akan berhasil apabila rakyat Indonesia diberikan suatu pemerintahan yang bertanggung jawab kepada parlemen yang dipilih rakyat. namun, upaua GAPI ini hanya ditanggapi dengan pembentukan Komisi Visman. Namun, komisi ini pun tidak mampu memberikan apa yang diperjuagkan oleh GAPI sampai akhirnya Indonesia jatuh ke tangan Jepang.

 

C.    Pengaruh Revolusi Cina

Pengaruh revolusi Cina terhadap bangsa Indonesia terlihat saat menghadapi penjajahan kolonial Belanda. Gerakan nasionalis Cina dimana Dinasti Manchu memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti dinasti ini dianggap menjadi dinasti asing oleh bangsa Cina sendiri. Hal ini karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Selain adanya pengaruh barat yang ikut campur dalam urusan dalam negeri juga karena dinasti tersebut membuat rakyat menjadi sengsara sehingga timbullah protes terhadap pemerintah pada waktu itu. Munculnya gerakkan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakkan taiping dan selanjutnya disusul dengan pemberontakkan Boxer. Gerakan ini selanjutnya berimbas kepada bangsa Indonesia dengan munculnya gerakan kebangkinan nasional yang diawali dengan berdirinya Budi Utomo.

 

D.    Pengaruh Revolusi Rusia

Revolusi yang terjadi di Russia telah membawa perubahan besar terhadap ideology yang berkembang di dunia.sejak saat itu komunis di Eropa dikendalikan oleh Rusia. Mereka terus berusaha menyebarkan pahamnya. Akibatnya terjadi Persaingan dengan ideology lain, yaitu dengan paham demokrasi liberal. Persaingan antar paham komunis dengan paham demokrasi liberal menyebabkan terjadinya Perang Dingin.

Di Indonesia Reformasi di Rusia terlah menyebabkan masuknya pengaruh Mexisme dan komunis di Indonesia. Diawali denga pembentukan ISDV pengaruh Marxisme dan komunis mempengaruhi kaum terpelajar. ISDV yang kemudian mengubah nama menjadi Partai Komunis Hindia dan kemudian berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI merupakan partai yang bersikap radikal dengan enggan bekerjasama dengan pemerintah. Pada tahun 19626 PKI melakukan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda, tetapi upaya ini gagal. PKI merupakan partai yang bersikap keras dan tidak segan-segan berdemonstrasi dan melakukan terror terhadap rakyat yang dianggap tidak sejalan dengan ideologinya. Ketika Indonesia merdeka, pada 18 September 1948 PKI melancarkan pemberontakannya di Madiun namun berhasil ditumpas oleh TNI. Upaya yang sama kemudia terulang kembali pada 30 September 1965 dengan adanya peristiwa G-30-S/PKI.

 

E.     Pengaruh Revolusi Indonesia

Revolusi Nasional Indonesia merupakan sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang berlangsung pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949. Dalam konflik bersenjata ini, pihak Kerajaan Belanda dibantu oleh pihak sekutu melalui bantuan dari tentara Inggris.Revolusi Indonesia terjadi karena diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia setelah kekalahan Jepang atas sekutu. Di pihak lain, Belanda yang pernah berkuasa di Indonesia masih berkeinginan untuk menjajah wilayah Indonesia. Keinginan Belanda tersebut kemudian menimbulkan agresi militer Belanda yang pertama (1947) dan agresi militer Belanda yang kedua (1948).

Konflik bersejata antara pemerintah Indonesia melawan Belanda dengan dukungan sekutu ini kemudian berakhir setelah Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan atau kemerdekaan Indonesia dari Kerajaan Belanda pada tanggal 29 Desember 1949 melalui kesepakan dalam Konferensi Meja Bundar yang dlaksanakan di Den Haag, Belanda.

Kemerdekaan merupakan jembatan emas bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan pembangunan seutuhnya. Indonesia bebas dan merdeka mengatur hidup bangsanya sendiri lepas dari ikatan bangsa kolonial. Ditengah-tengah negara[1]negara di dunia, Indonesia memiliki kedudukan sama dan sederajat.

Revolusi Indonesia

 

Revolusi Indonesia

A.    Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Indonesia

1.      Nasionalisme

Nasionalisme lahir dan berkembang di Indonesia didorong oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal pendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia antara lain:

·    Adanya kenangan kejayaan masa lampau di masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram Islam yang menjadi sumber inspirasi untuk mencapai kemajuan, kemegahan, dan kemakmuran yang sama

·         Penderitaan dan kesengsaraan akibat kolonialisme dan imperalisme asing

·    Munculnya golongan terpelajar yang berfikir kritis dan berani menentang kekuasaan para penjajah

Faktor eksternal pendorong lahirnya nasionalisme di Indonesia antara lain:

·  Kemenangan perang Jepang terhadap Rusia (1905) telah memberikan semangat dan kepercayaan diri bangsa Indonesia untuk berani menentang kekejaman penjajah asing

·      Pergerakan kebangsaan India, Philipina, Cina, Turki, nasionalisme Mesir telah menginspirasi bangsa Indonesia untuk bangkit melawan penjajah

· Masuknya paham-paman liberalisme, demokrasi, nasionalisme, Pan-IslamismeRasa kebangsaan (nasionalisme) ini telah menyatukan bangsa Indonesia untuk bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan demi tanah air yang sama.\


Bangkitnya semangat nasionalisme di Indonesia ditandai dengan tumbuhnya Pergerakan-Pergerakan Nasional, baik yang bersifat politik maupun social keagamaan. Pergerakan nasional yang tumbuh seperti Budi Utomo, Indische Partij, Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Kayu Tanam, Taman Siswa, dan lain -lain. Rasa kebangsaan itu juga telah disepakati di dalam kongres sumpah pemuda yang melahirkan komitmen bersama seluruh pemuda Indonesia dalam ‘Sumpah Pemuda’ tanggal 28 Oktober 1928.

2.      Demokrasi

Dominasi dan otoriter pemerintah penjajahan di Indonesia mendorong orang[1]orang Indonesia untuk dapat bersuara, berpendapat, menyerukan ide-ide dan fikiran untuk kemajuan bangsanya. Di dalam pemerintahan Belanda telah ada sebuah lembaga semacam Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad) yang berdiri tahun 1918.

Sejatinya DPR buatan Belanda itu berisi perwakilan-perwakilan dari seluruh rakyat Indonesia, namun keanggotaan Volksraad didasarkan atas penunjukan oleh Gubernur Jenderal bukan atas pilihan rakyat. keanggotan Volksraad didominasi oleh bangsa Eropa terutama Belanda.

Volksraad didirikan bukan sebagai parlemen perwakilan rakyat melainkan hanya sebagai penasehat Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Para tokoh politik terus berjuang agar ada perwakilan dari rakyat Indonesia yang duduk dalam dewan Volksraad yang mensuarakan kehendak rakyat.Pembukaan Volksraad oleh gubernur-jendral Van Limburg Stirum tanggal 18 Mei 1918.


B.     Jalannya Revolusi

1.      Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945

Transisi dari menyerahnya Jepang dalam Perang Dunia II dan belum datangnya Sekutu ke Indonesia merupakan keadaan Vacum of Power (kekosongan kekusasaan) di Indonesia. Jepang berkewajiban untuk menjaga status quo (tidak adanya perubahan politik apapun) di Indonesia. Di tengah keadaan itu, pemuda Indonesia bersama para tokoh politik bangsa mengambil keputusan untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di Jakarta disaksikan oleh para tokoh politik, para pemuda, dan rakyat. Berita proklamasi itu kemudian disebarluarkan ke seluruh penjuru tanah air melalui siaran-siaran radio, spanduk, selebaran, coretan-coretan di dinding, penyampaian secara lisan, dan media lainnya.

Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. (1) Bom Atom dii Hirosima dan Nagasaki; (2) Naskah Teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik; (3) Ir. Soekarno tengah membaca teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada hari Jumat sekitar jam 10 pagi di Jl Pegangsaan Timur 56 Jakarta; (4) Pengibaran bendera Merah Putih; (5). Coretan-coretan di dinding-dinding tembok bertema proklamasi kemerdekaan yang dilakukan oleh para pemuda pejuang 1945.

2.      Perjuangan Bersenjata

Bulan September 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan Inggris (Chritison) memasuki Indonesia untuk wiayah Jawa dan Sumatera. Untuk wilayah Indonesia Timur diduduki tentara Australia. Mereka mengemban tugas; melucuti tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan pengembalian pemerintahan sipil. Masuknya tentara sekutu ini membawa pula NICA.

Kemunculan tentara sekutu dan Belanda ini menimbulkan ketegangan dan pertempuran di wilayah-wilayah yang disinggahinya. Seperti pertempuran di Surabaya (10 - 28 November 1945), pertempuran di Ambarawa(20 November - 15 Desember 1945), Bandung Lautan Api (29 November 1945 - 24 Maret 1946), pertempuran Medan Area (18 Oktober 1945-15 Februari 1947), Agresi Militer Belanda I (21 Juli - 5 Agustus 1947), Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948 - Juli 1949), Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta, pertempuran di Bali, Manado, Palembang, dan daerah-daerah lainnya.

Jadi di awal perjuangan mempertahankan kemerdekaannya, rakyat Indonesia harus berhadapan dan bertempur menghadapi tentara Jepang dan tentara Sekutu dan Belanda.

Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan milisi pro[1]kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya dan India Britania. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Sikap Heroisme, dahsyatnya pertempuran, dan jumlah pahlawan yang gugur telah menjadikan pertempuran 10 November di Surabaya ini diperingati sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.

3.      Perjuangan Diplomatik

Pertempuran yang terus menerus terjadi antara pihak pemuda Indonesia dan Sekutu-NICA menjadi perhatian dunia internasional. Atas prakarsa Inggris, Belanda dan RI mengadakan perundingan. Belanda mengingjnkan Indomesia menjadi negara persemakmuran Belanda melalui masa peralihan 10 tahun. Namun Indoneisa menginginkan sebuah negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas jajahan Belanda. Usulan pihak RI ini ditolak Belanda. Untuk menyelesaikan keteangan Indonesia -Belanda ini, pada tanggal 14 Oktober 1946 diadakan perundingan di Linggarjati. Pihak Indonesia dipimpin Sutan Syahrir, pihak Belanda oleh Wim Schermerhorn dan H.J Van Mook. Ingris diwakili oleh Lord Killerm sebagai penengah.

Setelah perjanjian Linggarjati, Belanda kembali menggempur RI melalui Agresi Militer Belanda I (21 Juli - 5 Agustus 1947). Dalam pertempuran ini Belanda berhasil menguasai Jakarta, Sumatera, Jawa Barat, Madura, dan Jawa Timur. RI kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Yogyakarta. Dunia internasional mengutuk tindakan Belanda ini. Australia, India, Uni Soviet, dan Amerika Serikat mendukung Indonesia.

PBB kemudian membentuk Komisi Tina Negara (KTN) untuk memediasi sengketa Indonesia-Belanda. PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata. Pada tanggal 17 Januari 1948, berlangsung perundingan di atas kapal Perang Amerika Serikat, Renville.

Pada tanggal 19 Desember 1948 - Juli 1949, Belanda kembali menyerang pihak RI melalui Agresi Militer Belanda II. Dalam agresi II ini, Belanda berhasil menguasai ibu kota RI di Yogyakarta. Akibat serangan ini, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda. Amerika Serikat bahkan mengancam akan menghentikan bantuan Marshall Plan kepada Belanda. Pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusinya. Salah satu isinya adalah mengubah KTN menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia (United Nation Commission for Indonesia-UNCI). Tugasnya adalah untuk membantu kelancaran perundingan, mengurus pengembalian kekuasaan RI, mengamati pemilihan umum, dan berhak mengajukan usul untuk menyelesaikan konflik Pada tanggal 7 Mei 1949 disepakatilah Perjanjian Room-Royen.

Untuk mempersiapkan diri mengahadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia melaksankaan Konferensi Inter-Indonesia (KII). Konferensi ini dilakukan antara RI dengan Organisasi Negara-Negara Bagian (BFO).KII berlangsung dua kali. Konferensi pertama pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 diadakah di Yogyakarta dipimpin oleh Moh, Hatta dan Komferensi kedua pada tanggal 30 Juli - 2 Agsutus 1949 di Jakarta dipimpin oleh Sultan Hamid II.

Menindaklanjuti perundingan RooM-Roijen, maka pada tanggal 23 Agustus dimulailah Konferensi Meja Bundar (KMB). Perundingan berakhir pada tanggal 2 November 1949 dengan tercapainya kata sepakat :

·         Kerajaan Belanda mengakui kedautalan RIS secara penuh dan tanpa syarat

·         Pelaksanaan penyerahan kedaulatan akan dilakukan paling lambat tanggal 30 Desember 1949

·       Masalah Irian Barat akan dibicarakan lagi 1 tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS

·     RIS dan kerajaan Belanda terikat dala suatu Uni Indonesia-Belanda berdasarkan keraja sam asukarela dan sederajat

·     RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memeberikan hak konsesi dan izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda

·         RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak tahun 1942

·   Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS

Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan serah terima kedaulatan dari pemerintah kerajaan Belanda kepada RIS. Serah terima dilaksanakan di Amsterdam

Revolusi Rusia

 

Revolusi Rusia

A.    Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Rusia

1.      Liberalisme

Pada permulaan abad XIX (masa sesudah Kongres Wina) keadaan Rusia masih sangat terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa Barat. Masyarakat Rusia terbagi atas dua golongan saja, ialah : tuan tanah (bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Industry belum ada dan karena itu belum ada kaum pertengahan (atau kaum borjuis). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Tidak adanya kaum pertengahan ini mempersukar masuknya liberialisme ke Rusia, karena lazimnya kaum pertengahanlah yang meruakan pendukung liberialisme.

Keadaan masyarakat Rusia masih kolot. Dipandangan mata rakyat yang kolot itu Tsar Rusia lebih merupakan seorang dewa yang keramat. Bangsawan yang berdekatan denga raja, mempunyai kedudukan yang istimewa di atas rakyat. Mereka merupakan tuan tanah besar yang mengekang hidup rakyat jelaata sebagai petani.

Rakyat jelata sebagaian besar merupakan petani miskin yang tidak memiliki tanah sendiri, tetapi hanya mengerjakan tanah dari tuan tanah. Mereka diharuskan tunduk kepada segala kehendak tuan tanahnya dan tidak boleh pindah ke lain tempat (ke lain daerah). Terikat kepada tempat tinggalnya dan terpaksa tunduk kepada tuan tanahnya, petani merupakan budak belaka dari tuan tanahnya. Status petani sebagai budak dari tuan tanah ini memang status yang disyahkan oleh pemerintah Rusia sejak Undang-Undang Perbudakan tahun 1646 dari Tsar Alexis I.

Walaupun pada tahun 1861 Tsar Alexander II menghapuskan perbudakan, hidup petani belum mengalami kemajuan yang nyata. Di dalam kebijakan penghapusan perbudakan ini (Undang-Undang Emansipasi), Tsar II menyatakan bahwa bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya, tetapi sebagai milik bersama (kolektif) dari suatu desa (mir). Satu tanah desa dikepalai satu orang kepala mir (lurah desa). Lama kelamaan Mir ini bertindak sebagai tuan tanah saja terhadap petani[1]petani anggaota mir. Kepala mir akhirnya menjadi petani besar dan kaya yang disebut kulak. Hidup petani biasa tetap sengsara.

Pada tahun 1906 dibawah pemerintahan Tsar Nicolas II oleh menteri Stolypin sistim mir dihapuskan. Tanah tidak lagi merupakan milik kolektif dari mir, tetapi diberikan kepada petani sebagai milik perseorangan. Tetapi perubahan agrarian dari menteri Stolypin agak terlambat diadakannya, karena ketika itu revolusi Rusia sudah mulai mendidih dan tindakan Stolypin itu oleh kaum revolusioner dianggap sebagai tanda kelemahan pemerintahan tsar (baru kalah dalam perang Rusia-Jepang 1905) dan tidak sebagai perbaikan nasib petani.

Menyikapi kondisi Rusia yang semakin terpuruk, berkembang pemikiran liberal dikalangan pelajar Rusia, mereka Ingin membangun Rusia atas dasar konsepsi Barat. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan politik belaka untuk mencapai kesejahteraan rakyat, dan karena politik itu adalah soal ratio, maka Negara harus disusun atas dasar ratio pula. Menurut pendapat mereka, Rusia merupakan sebagian dari dunia lainnya dan tidak sebagai Negara yang berdiri tersendiri lepas dari dunia lainnya, dan karena itu harus mengikuti jejak dunia lainnnya. Mereka berfaham internasional dan liberal.

 

2.      Pan-Slavisme

Rakyat Rusia Ingin membangun Rusia atas dasar kulutur Slavia. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan moral. Dan karena moral bangsa Slavia terletak dalam agama Katholik –Yunani, maka Negara harus disusun menurut konsepsi agama Katholik-Yunani. Menurut pendapat mereka, pemerintahan Rusia yang terbaik adalah pemerintahan otokrasi, karena bentuk pemeritnahan inilah yang sejak dulu selalu dipakai oelh bangsa Slavia. Aliran Slavia atau Slavophil ini pada tahun 1861 Tsar Alexander II menghapuskan perbudakan di Rusia. Slavophil inilah yang nanti menimbulkan gerakan Pan-Zlavisme.

Pan-Slavisme ialah gerakan utnuk mempersatukan bangsa-bangsa Slavisme dan menjunjung tinggi kebudayaan Slavisme. Bangsa Slavia adalah bangsa Indo-Jerman. Pusat kedudukan mereka yang Pertama dikenal dalam sejarah ialah Ukraina dan sekitarnya. Mereka kemudian bergerak keutara sampai laut Timur (Laut Baltik), ke timur sampai Siberia, ke Selatan sampai Balkan, Laut Hitam, Laut Kaspia, dan ke Barat samapi di perbatasan Jerman.

Termasuk bangsa Slavia ialah: bangsa Polandia, Tsjeeh, Slovak, Bohemia, Moravia (semua termasuk bangsa Slovia Barat), bangsa Rusia, Ukraina, Rumania, Bulgaria, (Bangsa Bulgaria Timur). Bangsa Slavia Barat beragama Roos-Katholik bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan beragama Katholik Yunani. Bangsa Slavia Barat berfaham Eropa Barat, bangsa Slavia Timur dan Slavia Selatan berfaham Eropa Timur. Disinilah letaknya rintangan yang terbesar dalam gerakan Panslavisme.

 

3.      Nihilisme

Nihilism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat ini telah terlanjur rusak dan tidak mungkin lagi dapat diperbaiki, karena itu harus dilenyapkan sama sekali (nihil=nol=lenyap sama sekali). Kemudian setealh lenyap sama sekali, baru disusun masyarakat baru berdasarkan atas ratio.

 

4.      Anarchisme

Anarchism adalah faham yang mengatakan bahwa masyarakat yang bahagia itu adalah masyarakat yang tidak berpemerintahan (anarchi=an-archi=tidak –pemerintah=tidak berpemerintahan). Pokok dari kebahagiaan adalah kebebasan . dalam masyarakat yang berpemerintahan orang belum bebas sama sekali, sebab pemerintah itu merupakan badan yang memaksa terhadap warga Negara. Karena itu pemerintah harus dilenyapkan. “ Dunia yang bahagia”. Kata Bakunin adalah dunia tanpa tuhan dan tanpa hukum.

 

5.      Sosialisme dan Komunisme

Dengan timbulnya industri, timbulah golongan buruh (proletar) dan timbul pula gerakan sosialisme. Pemerintahan Nicholas II yang bermuka dua (reaksioner dalam politik, namun progresif dalam ekonomi) menimbulkan ketegangan di dalam negeri. Rekasionalisme politik tidak mengakui adanya hak-hak politik bagi rakyat, sebaliknya progresivisme ekonomi dengan industrialisasinya menciptakan golongan buruh yang menuntut hak-hak politik bagi rakyat.

Ketegangan makin berkembang dengan semakin majunya industri, bertambahnya jumlah kaum buruh dan tetap tidak maunya Nichola II melepaskan politik reaksionernya. Revolusi tinggal soal waktu saja. Terorisme mulai timbul lagi pada tahun 1900.

George Plekanov pada tahun 1898 mendirikan Partai Sosial-Demokrat dengan program yang moderat, ialah : persamaan dalam hokum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani.

Tujuan ini hendak dicapainya dengan jalan politik (indirect action) dan dengan jalan pemogokan (direct action). Tetapi sayap radikal dalam partai Sosial Demokrat menghendaki direct action saja yang berupa revolusi. Pecahlah Partai Sosialis-Demokrat menjadi dua; Mensjewiki (sosial-demokrat ata dengan singkat boleh disebut sosial) dan Bolsjewiki (radikal-revolusioner, atau kelak disebut komunis).

Perpecahan ini terjadi pada tahun 1903 dalam kongres partai-demokrat dari seluruh dunia di London. Mensjewiki dipimpin oleh George Plekhanov, kemudian oleh Kerensky dan Bolsjewiki dipimpin oleh Vladimir Ulyanov (terkenal dengan nama samarannya; Lenin), kemudian Josef Dschugaschvili (terkenal sebagai Stalin).

Komunisme akan menghapuskan milik perseorangan dan menjelmakannya kembali menjadi milik kolektif, yaitu Negara.

 

B.     Revolusi Tahun 1917

Sebab-sebab:

  1. Pemerintahan Tsar (Nicholas II) yang Reaksioner, Di zaman negara-negara lainnya mengakui hak-hak politik bagi warganegaranya, Tsar masih saja segan atau tidak mau member hak-hak politik yang sungguh[1]sungguh kepada warganegaranya. Betul Duma diadakan tetapi tsar tidak pernah menghiraukannya. Pemilihannya pun adalah palsu karena mereka yang pro tsar yang dipilih duduk dalam Duma, hingga Duma lebih merupakan dewan penasehat tsar daripada dewan perwakolan rakyat yang sesungguhnya
  2. Susunan Pemerintahan Tsar yang Buruk, Pemerintahan tidak disusun secara rasionil, tetapi atas dasar pavoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap utnuk pemerintahannya, tetapi orang[1]orang yang disukainya. Dalam hal ini Nicholas II sangat dipengaruhi oleh Tsarina Alexandra, dan Alexandra dibawah pengaruh dari orang yang menyebut dirinya “utusan tuhan” yaitu Gregory Rasputin. Alexandara dan Rasputin adalah orang[1]orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam faham baru.
  3. Perbedaan Sosial yang Mencolok Mata, Tsar dengan bangsawan-bangsawan hidup mewah dan kaya raya. Rakyat terutama petani dan buruh hidup sangat miskin dan sengsara. Bangsawan memiliki semua hak, sementara rakyat jelata tidak mempunyai hak sama sekali. Meskipun perbudakan telah dihapuskan tetapi dalam hidup sehari-hari bangsawan memandang rakyat tidak lebih daripada budak mereka belaka.
  4. Soal Tanah, Perubahan agrarian 1906 dari menteri Stolypin hanya menjelmakan tanah-tanah mir menjadi milik perseorang dari anggota-anggota mir saja. Tetapi di lur mir itu masih terdapat tanah-tanah yang luas sekali dari tuan-tuan tanah besar, yaitu bangsawan-bangswan dan kulak-kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini kekerjakan oleh petani-petani kecil sebagai pekerja-pekerja. Mereka inilah yang menuntut tanah sebagai miliknya.
  5. Aliran-Aliran yang Menentang Tsar, Dalam revolusi 1905, aliran-aliran yang menentang tsar dapat ditindas tetapi tidak lenyap. Mereka bergerak secara gelap dan mengumpulkan kekuatan mereka kembali sambil menunggu kesempatan untuk timbul kembali.
  6. Kekalahan Perang, Ketika Rusia masuk Perang Dunia I, maka sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang karena terikat dan terseret oleh perjanjian-perjanjiannya dengan Negara-negara lain., terutama oleh Triple Entente. Karena itu ikut serta Rusia dalam Perang Dunia I tidak mendapat sambutan rakyat yang hangat. Dan perang yang tidak dapat backing rakyat sukar mendapatkan kemenangan. Kekalahan-kekalahan Rusia yang besar (Tanneberg, danau-danau Masuri) mengecewakan hati rakyat dan lenyaplah kepercayaan terhadap tsar. Akhirnya rakyat jemu melihat perang, merek aingin damai.
  7. Bahaya Kelaparan Mengancam, Lima belas juta orang dimobilisir untuk perang. Timbullah kekurangan tenaga kerja baik dalam industry maupun dalam pertanian. Lima belas juta tentara harus dijamin penuh. Timbullah kekurangan bahan makanan . ekonomi Negara kacau dan bahaya kelaparan mengancam Rusia. Revolus telah diambang pintu.

 

C.    Jalannya Revolusi

Revolusi tahun 1917dapat dibagi dalam dua fase yaitu Revolusi Februari 1917 (fase pertama) dan Revolusi Oktober 1917 (fase kedua)

Revolusi Februari 1917

Kadet, Mensjewiki menggulingkan tsar. Revolusi dimulai di Leningrad. Para demonstran menunut bahan makanan, kemudian diilkuti oleh pemogokan di perusahaan-perusahaan. Tentara yang diperintahkan menembaki pemogokan berbalik memblokir dan menembaki opsir-opsirnya sendiri. Revolusi meletus. Sar ditawan dan dipaksa turun tahta.

Pemerintahan sementara dibentuk. Kaum kadet memegang pimpinan. Tetapi kaum kadet tidak mengadakan perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat, karena takut bahwa perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kekacauan.

Kaum Mensjewiki dibawah Kerensky menggulingkan kaum kadet dan memegang pimpinan pemerintahan. Program kaum Menjsewiki adalah : “ pertama-tama menjunjung kembali kehormatan Rusia (telah merosot karena kekalahan-kekalahan perang) kemudian baru mengadakan perubahan - perubahan pemerintahan dalam negeri. Segera bentuk Republik diumumkan bagi Rusia (1917)”.

Serangan besar-besaran dilangsungkan terhadap Jerman, tetapi gagal sama sekali. Rakyat yang telah jemu perang, kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintahan Mensjewiki. Segera kaum Bolsjewiki tampil ke muka dan menjanjikan kepada rakyat : keadaan yang damai, bahan makan, pembagian tanah

Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis)

Bosjewiki menggulingkan Menjewiki.Pada tahun 1917 (April) Lenin kembali ke Rusia dari perantauannya (sejak 1907) diJerman, Perncis, Inggris, Austria, Swiss. Pada tahun itu juga tiba di Rusia Leon Trorski (sebenarnya Bronstein) dari Amerika. Dua orang ini adalah jago - jagi yang akan memimpin gerakan komunis (Bosjewiki) di Rusia. Diam-diam kaum Bonsjewiki mengadakan persiapan-persiapan untuk menimbulkan Revolusi Bolsjewiki. Mereka membentuk pemerintahan sendiri, tentara sendiri (pasukan merah) dan menyebarkan propaganda antpemerintahan borjuis.

Ketika pemerintah Mensjewiki (Kerensky) kehilangan kepercayaan rakyat (karena gagalnya serangan besar-besaran) maka kaum Bolsjewiki lekas-lekas memeluk rakyat dan menganjurkan petani-petani membagi-bagi tanah dan kaum buruh mensita pabri-pabrik. Dengan sekaligus mereka mendapatkan simati dan backing dari rakyat. Tibalah waktunya untuk meletuskan revolusi. Revolsui dimulai dari Petrograd lagi, tentara dan angkatan laut di Petrograd memihak Lenin dan kemudian juga tentara-tentara di front.

Pada tanggal 25 Oktober 1917 pemerintahan Mensjewiki (Kerensky) digulingkan dan Bolsjewiki (lenin) memegang pemerintahan. Segera diadakan perubahan-perubahan yang besar;

·       Perundingan peardamaian dengan Jerman dimulai dan akhirnya menciptakan “perjanjian Perdamaian Brest Litowsk (1918)”

·    Segala hutang piutang dari pemerintahan tsar dihapuskan dan bank menjaid monopoli negara

·        Tanah dibagi-bagikan kepada petani dan buruh menyita pabrik-pabrik

·   Bahan makanan dikerahkan dan dibagi-bagikan kepada rakyatRevolusi berjalan dan berhasil baik dan kaum Belsjewiki (Lenin) erat-erat memegang pemerintahan yang telah digenggamannya.

HUBUNGAN PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR; DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, PAN-ISLAMISME DENGAN GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA

  PERKEMBANGAN PAHAM DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, DAN PAN ISLAMISME ·          Demokrasi Istilah “ demokrasi” beras...