Rangkaian Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
a.
Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur
Raya
Pangkalan
Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor (Hawai) dihancurkan Jepang,
kemudian Kaigun (Angkatan Laut Jepang) mengirimkan empat kapal induk ke
Kepulauan Midway di tengah Samudra Pasifik untuk menghabisi sisa armada Pasifik
Amerika Serikat.
Alih-alih
mengalahkan armada Amerika Serikat, kode komunikasi rahasia Kaigun berhasil
dibuka pihak AS. Jumlah kekuatan musuh bisa diketahui dengan pasti, waktu
serangan Jepang juga diprediksi dengan tepat, sehingga armada Jepang dapat
dihancurkan dalam pertempuran.
Kekalahan
di Midway sangatlah telak sehingga pihak Kaigun menutupi kabar tersebut agar
tidak diketahui publik Jepang, bahkan hingga akhir Perang Pasifik. Kekalahan di
Midway membawa dampak buruk bagi militer Jepang, seperti efek domino,
perang-perang berikutnya Jepang selalu mengalami kekalahan di Pasifik. Seperti
pulau Saipan, Iwo Jima, dan Okinawa berhasil dikuasai oleh Sekutu, padahal
pulau-pulau tersebut memiliki peranan penting bagi keamanan militer Jepang.
Kekalahan-kekalahan
yang terjadi membawa Jepang semakin terdesak dalam kancah pertempuran di
Pasifik. Untuk membantu dalam pertempuran tersebut, Jepang berusaha mencari
simpati dari bangsa Indonesia, dengan cara memberikan janji kemerdekaan yang
disampaikan Perdana Menteri Koiso dan direalisasikan dengan pembentukan BPUPKI
serta PPKI.
b.
Peristiwa Bom Atom
Pada
tanggal 26 Juli 1945, tiga pemimpin negara yang tergabung dalam sekutu yaitu
Presiden Harry S. Truman (Amerika Serikat), Perdana Menteri Winston Churchill
(Inggris Raya), dan Chiang Kai Sek (Cina), melaksanakan Konferensi di kota
Postdam (Jerman) menghasilkan sebuah deklarasi mengenai kekalahan Jepang, yang
kemudian dikenal dengan Deklarasi Postdam.
Isi
dari deklarasi Postdam diantaranya, semua penjahat perang harus diadili secara
keras, termasuk mereka yang melakukan kekejaman terhadap para tawanan.
Pemerintah Jepang harus memberi kebebasan dan memberlakukan demokrasi, serta
penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Pemerintah Jepang juga diberikan kesempatan
untuk memilih mengakhiri perang kepada sekutu dengan cara menyerah tanpa syarat
atau memilih untuk penghancuran secara besar-besaran. Namun sayangnya, Jepang
menolak isi deklarasi tersebut.
Atas
dasar sikap Jepang tersebut, Amerika Serikat menjatuhkan bom di dua kota yaitu
Hiroshima dan Nagasaki. Bom nuklir “little boy” dijatuhkan di Kota Hiroshima
pada 6 Agustus 1945, selanjutnya Bom nuklir “Fat Man” dijatuhkan di Kota
Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Bom
yang diledakkan di dua kota Jepang tersebut, menyebabkan ratusan ribu penduduk
Jepang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya mengalami cacat. Pada tanggal
14 Agustus 1945 (Waktu Amerika Serikat) atau 15 Agustus 1945 (Waktu Jepang),
Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu dan mengakui deklarasi Postdam. Pada
tanggal 2 September 1945, Mac Arthur sebagai perwakilan dari pasukan sekutu
bersama perwakilan dari pemerintah Jepang melaksanakan upacara penyerahan dan
menandatangani dokumen penyerahan.
c.
Perbedaan Pendapat Golongan Muda dan Tua
Bom
atom yang dijatuhkan oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki sampai jugaa ke
telinga para aktivis pergerakan. Pada tanggal 9 Agustus 1945, tiga tokoh
Indonesia yaitu, Soekarno, Moh. Hattaa, dan Radjiman Wedyodiningrat terbang ke
Dalat, Vietnam menemui Marsekal Terauchi. Sehari setelahnya, tanggal 10 Agustus
1945 tokoh golongan muda Sutan Syahrir mendengar siaran radio BBC (British
Broadcasting Corporation) tentang kekalahan Jepang dan kemungkinan akan
menyerah kepada Sekutu. Berita kekalahan tersebut dalam waktu singkat, menyebar
ke kalangan aktivitas pergerakan, baik Golongan Muda dan Golongan Tua. Terlebih
pemanggilan ketiga tokoh nasional Indonesia ke Vietnam menambah keyakinan para
aktivis pergerakan, bahwa kemerdekaan Indonesia menjadi agenda pembicaraan.
Sepulangnya
ke Indonesia, Mohammad Hatta bertemu dengan Sutan Syahrir membicarakan terkait
Proklamasi Indonesia. Syahrir berpendapat Golongan Tua harus segera cepat
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tetapi hal ini dibantah oleh Hatta,
dikarenakan proklamasi Indonesia akan diserahkan kepada PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang telah dibentuk. Syahrir berpendapat lain,
menurutnya kemerdekaan jangan dilakukan melalui PPKI, karena Sekutu akan
mengecap kemerdekaan sebagai buatan Jepang, sebaiknya Soekarno sendiri yang
menyatakan kemerdekaan di corong radio sebagai pemimpin rakyat.
Perdebatan
antara Hatta dan Syahrir menjadi polemik diantara golongan muda dan golongan
tua. Inti dari perdebatan bukan pada ada atau tidak pelaksanaan proklamasi,
melainkan beberapa hal seperti:
·
Bagaimana proklamasi itu dilaksanakan
·
Apakah ada campur tangan Jepang atau tidak
dalam pelaksanaan proklamasi Soekarno dan Hatta menghendaki sikap yang
kooperatif dengan Jepang, dimana hal-hal
mengenai proklamasi harus dikonsultasikan dengan pihak Jepang, jadi menurut
Soekarno tidak perlu tergesa-gesa.
Ada
dua pertimbangan Soekarno mengenai
pendapatnya, yaitu:
·
Militer Jepang masih ada di Indonesia,
proklamasi tanpa izin Jepang ditakutkan akan memicu pertumpahan darah.
·
Jepang telah berjanji akan melaksanakan
proklamasi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 melalui PPKI.
Sekali
lagi, pertimbangan dari Soekarno ditolak oleh Golongan Muda. Menurut Golongan
Muda kemerdekaan Indonesia harus diraih dengan pengorbanan dan perjuangan
rakyat sendiri, bukan campur tangan Jepang.
d.
Peristiwa Renggasdengklok
Peristiwa
Rengasdengklok disebabkan karena para pemuda gagal memaksa golongan tua untuk
secepat mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkan mereka
dari pengaruh Jepang. Menurut Golongan Muda jika Soekarno-Hatta masih berada di
Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta
menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan.
Malam
hari di Tanggal 15 Agustus 1945, sebelum terjadi peristiwa Rengasdengklok,
golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di ruangan Lembaga Bakteriologi
Pegangsaan Timur, yang dipimpin oleh Chaerul Saleh. Keputusan rapat yang
menunjukan tuntutan-tuntutan radikal golongan pemuda yang diantaranya
menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantunggantungkan pada orang dan kerajaan lain. Segala
ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan
sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta agar supaya mereka turut menyatakan proklamasi.
perbedaan
pendapat, dimana golongan pemuda tetap mendesak agar besok tanggal 16 agustus
1945 dinyatakan proklamasi, sedangkan golongan pemimpin angkatan tua masih
menekankan perlunya diadakan rapat PPKI terlebih dahulu. Perbedaan pendapat itu
telah membawa golongan pemuda kepada tindakan selanjutnya yakni menculik Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tindakan itu berdasarkan
keputusan rapat terakhir yang diadakan pada jam 24.00 WIB menjelang tanggal 16
agustus 1945 di Cikini 71, Jakarta. Rapat selain dihadiri oleh pemuda-pemuda
yang berapat sebelumnya di ruangan Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur,
Jakarta, Juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi (barisan
pelopor), Shodanco Singgih (Daidan Peta Jakarta Syu).
Mereka
telah bersepakat untuk melaksanakan keputusan rapat pada waktu itu, yaitu
antara lain, menyingkirkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota,
dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Demikianlah pada
tanggal 16 agustus 1945 jam 04.00 WIB terjadi peristiwa penculikan Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta untuk dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok.
Soekarno,
Hatta yang disertai Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra dibawah ke rumah
seorang warga keturunan Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Para pemuda berusaha
meyakinkan kedua tokoh tersebut agar berusaha segera memproklamasikan
kemerdekaan tanpa campur tangan tentara Jepang. Mereka meyakinkan Soekarno
bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang,
apa pun resikonya.
Golongan
muda mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebarjo ke Rengasdengklok.
Selanjutnya mereka menjemput Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebarjo
berhasil meyakinkan kepada para pemuda untuk tidak terburu-terburu
memproklamasikan kemerdekaan
e.
Penyusunan Teks Proklamasi
Pada
malam hari tanggal 16 Agustus 1945, setelah sampai di Jakarta rombongan
Soekarno-Hatta diantar oleh Laksamana Maeda ke rumah Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto (Kepala pemerintahan militer Jepang di Indonesia). Namun Ia tidak mau
menerima rombongan Soekarno-Hatta. Lantas
memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura (Kepala Departemen Urusan
Umum Pemerintahan Militer Jepang) untuk menerima kedatangan Soekarno-Hatta. Nishimura
memberi kabar mengejutkan, bahwa Tokyo tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia, dikarenakan perjanjian antara Sekutu dan Jepang, yang mengharuskan
Jepang menjaga status quo di wilayah jajahan Jepang, salah satunya Indonesia.
Tidak
puas dengan jawaban Nishimura, rombongan Soekarno-Hatta kembali ke kediaman
Laksmana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No 1. guna menyiapkan teks proklamasi.
Turut bersama rombongan adalah, Achmad Soebarjo, Sukarni, BM Diah, Sudiro,
Sayuti Melik.
Tanggal
17 Agustus dini hari, di rumah Laksamana Maeda, tepatnya di ruang makan,
disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh nasional yang
menyusun teks Proklamasi yaitu, Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo.
Soekarno yang menulis naskah Proklamasi, sedangkan Moh. Hatta dan Achmad
Soebarjo menyumbangkan ide secara lisan. Kalimat pertama merupakan buah
pemikiran Achmad Soebarjo, sedangkan kalimat terakhir ide dari Moh. Hatta.
Soekarno
kemudian meminta persetujuan kepada semua yang hadir. Sukarni mengusulkan teks
Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Usul Sukarni diterima, naskah Proklamasi kemudian diserahkan kepada
Sayuti Melik untuk diketik dengan beberapa perubahan-perubahan yang disepakati.
Usai
penandatanganan, mereka merundingkan lokasi pelaksanaan Proklamasi. Semula
disepakati dilaksanakan di Lapangan Ikada Jakarta. Namun khawatir akan memicu
bentrokan dengan tentara Jepang, akhirnya disepakati pelaksanaan Proklamasi
diselenggarakan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta
(sekarang Jalan Proklamasi No 1) pada pukul 10.00 WIB. Menjelang
pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur No 56
terlihat sibuk. Walikota Jakarta saat itu Soewiryo memerintahkan Mr. Wilopo
untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Suhud diperintahkan mencari tiang bendera, dengan
menggunakan sebatang bambu. Bendera merah-putih yang dijahit Fatmawati juga
disiapkan.
Pada
pukul 10.00 WIB pembacaan proklamasi dimulai. Sebelum membacakan naskah
proklamasi, Soekarno terlebih dahulu menyampaikan pidato pengantar. Setelah
pembacaan teks proklamasi selesai, Suhud dan Latief Hendraningrat mengibarkan
bendera merah-putih. Pada saat bendera dikibarkan semua yang hadir dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara selanjutnya sambutan Walikota Jakarta, Soewiryo dan
Barisan Pelopor, dr. Muwardi.
f.
Makna Proklamasi Bagi Kehidupan Bangsa
Indonesia
Peristiwa
Proklamasi yang dilakasnakan pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak berlangsung
begitu lama. Peristiwa penting ini hanya berlangsung selama kurang lebih satu
jam, tetapi telah membawa perubahan yang besar bagi bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, Proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan sebagai tonggak
pembaruan kehidupan bangsa Indonesia di segala bidang kehidupan. Setelah
Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, para pemimpin beserta rakyat Indonesia
bersama-sama terus berjuang membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara
Adapun makna
kemerdekaan bagi bangsa indonesia jika ditelaah dalam berbagai bidang antara
lain:
1) Bidang Sosial, segala bentuk diskriminasi
rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia
dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang;
2) Bidang Politik, Indonesia memiliki
kedaulatan rakyat yaitu pengakuan dari segenap rakyat Indonesia bahwa
pemerintahan Indonesia sebagai kekuasaan pemerintahan tertinggi dan terlepas
dari segala bentuk penjajahan;
3) Bidang Ekonomi, adanya kewenangan bagi bangsa
Indonesia untuk menuju masyarakat sejahtera dengan kekuasaan menguasai dan
mengelola sumber- sumber daya ekonomi secara mandiri atau Negara Indonesia
dapat mengatur perekonomian sendiri sesuai dalam UUD 1945 pasal 33;
4) Bidang Budaya, Negara Indonesia memiliki
kepribadian nasional yang berasal dari kebudayaan bangsa indonesia itu sendiri;
5) Bidang Pendidikan, pendidikan di Indonesia
dapat merdeka seutuhnya ketika seluruh rakyat Indonesia baik wanita maupun
pria, baik yang miskin maupun yang kaya, dapat menempuh pendidikan yang sesuai,
dimana standar kualitas setiap lembaga pendidikan mempunyai kesamaan taraf guna
membangun generasi yang berkualitas.
Sedangkan
makna proklamasi bagi bangsa Indonesia yang terkandung dalam naskah Proklamasi
yaitu :
1) Proklamasi merupakan puncak perjuangan
bangsa Indonesia mengusir penjajah untuk mendapatkan hak sebagai bangsa yang
merdeka dan tidak ditindas oleh bangsa dan negara lain serta memiliki kedudukan
yang sederajat dengan bangsa dan negara lain didunia ini;
2) Secara hukum, Proklamasi merupakan lahirnya
negara Indonesia yang berarti bahwa hukum kolonial (penjajah) sudah tidak
berlaku lagi dan diganti dengan hukum Nasional;
3) Proklamasi merupakan amanat rakyat untuk
mewujudkan negara yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial;
Proklamasi merupakan jembatan emas bagi bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan Indonesia, membentuk pemerintahan negara yang diakui oleh rakyatnya sehinga dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Info Seputar Proklamasi
Selama ini kita hanya tahu kalau proklamasi kemerdekaan yang diucapkan
oleh Bung Karno berlangsung di Jalan Pegangsaan Timur no. 56. Selebihnya kita
tidak tahu siapa gerangan pemilik dari rumah yang sangat bersejarah ini. ini mengizinkan rumahnya digunakan untuk upacara proklamasi. Salah
satu bentuk perjuangan dari seorang Faradj bin Said adalah pemberian rumahnya
kepada para pejuang. Rumah di Pegangsaan Timur No. 56 yang kita kenal baik
sebagai lokasi dari Rumah Soekarnao di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta |
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17 Agustus 1945 Atas nama Bangsa Indonesia Soekarno - Hatta |
Soekarno kemudian meminta persetujuan kepada semua yang hadir. Sukarni mengusulkan teks Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima, naskah Proklamasi kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik dengan beberapa perubahan-perubahan yang disepakati.
BalasHapusUsai penandatanganan, mereka merundingkan lokasi pelaksanaan Proklamasi. Semula disepakati dilaksanakan di Lapangan Ikada Jakarta. Namun khawatir akan memicu bentrokan dengan tentara Jepang, akhirnya disepakati pelaksanaan Proklamasi diselenggarakan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi No 1) pada pukul 10.00 WIB. Menjelang pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur No 56 terlihat sibuk. Walikota Jakarta saat itu Soewiryo memerintahkan Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Suhud diperintahkan mencari tiang bendera, dengan menggunakan sebatang bambu. Bendera merah-putih yang dijahit Fatmawati juga disiapkan.
Pada pukul 10.00 WIB pembacaan proklamasi dimulai. Sebelum membacakan naskah proklamasi, Soekarno terlebih dahulu menyampaikan pidato pengantar. Setelah pembacaan teks proklamasi selesai, Suhud dan Latief Hendraningrat mengibarkan bendera merah-putih. Pada saat bendera dikibarkan semua yang hadir dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara selanjutnya sambutan Walikota Jakarta, Soewiryo dan Barisan Pelopor, dr. Muwardi.
f. Makna Proklamasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia
Peristiwa Proklamasi yang dilakasnakan pada tanggal 17 Agustus 1945, tidak berlangsung begitu lama. Peristiwa penting ini hanya berlangsung selama kurang lebih satu jam, tetapi telah membawa perubahan yang besar bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan sebagai tonggak pembaruan kehidupan bangsa Indonesia di segala bidang kehidupan. Setelah Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, para pemimpin beserta rakyat Indonesia bersama-sama terus berjuang membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara
Adapun makna kemerdekaan bagi bangsa indonesia jika ditelaah dalam berbagai bidang antara lain:
1) Bidang Sosial, segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang;
2) Bidang Politik, Indonesia memiliki kedaulatan rakyat yaitu pengakuan dari segenap rakyat Indonesia bahwa pemerintahan Indonesia sebagai kekuasaan pemerintahan tertinggi dan terlepas dari segala bentuk penjajahan;
3) Bidang Ekonomi, adanya kewenangan bagi bangsa Indonesia untuk menuju masyarakat sejahtera dengan kekuasaan menguasai dan mengelola sumber- sumber daya ekonomi secara mandiri atau Negara Indonesia dapat mengatur perekonomian sendiri sesuai dalam UUD 1945 pasal 33;
4) Bidang Budaya, Negara Indonesia memiliki kepribadian nasional yang berasal dari kebudayaan bangsa indonesia itu sendiri;
5) Bidang Pendidikan, pendidikan di Indonesia dapat merdeka seutuhnya ketika seluruh rakyat Indonesia baik wanita maupun pria, baik yang miskin maupun yang kaya, dapat menempuh pendidikan yang sesuai, dimana standar kualitas setiap lembaga pendidikan mempunyai kesamaan taraf guna membangun generasi yang berkualitas