Rabu, 17 Februari 2021

Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imprealisme Dalam Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya

 



A.    Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme Dan Imperialisme Dalam Bidang Politik

Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga mengakibatkan hal lain: aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat ini kita sudah melakukan desentralisasi, tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat pemerintahan.

Tentu, saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak sedikit perlawanan yang menghadang. Salah satunya adalah perlawanan ciamik lewat dunia politik. Kebanyakan rakyat bergerak melalui organisasi dalam maupun luar negeri. Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi- organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional (1908 – 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.

Ø  Masa penyusunan (1908 – 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.

Ø  Masa radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Ø  Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.

organisasi-organisasi pergerakan nasional dapat dilihat secara singkat pada tabel di bawah ini:

No.

Nama Organisasi

Berdiri

Tujuan

Tokoh

1.

Budi Utomo

20 mei

1908

Mengusahakan kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa

Wahidin Sudirohusodo, Dr.Soetomo

2.

Sarekat Islam

14 sept

1912

Membantu                       kemajuan taraf hidup Bumiputera

HOS

Tjokroaminoto, Agus Salim

3.

Indische Partij

 

25 des

1912

Mempersiapkan rakyat Indonesia menjadi negara yang merdeka

Douwes Dekker,       

Ki Hajar Dewantara, Cipto M.

4.

Perhimpunan Indonesia

 

 

25 okt 1908

memajukan keperntingan- kepentingan                  bersama orang-orang                        pribumi dan non pribumi bukan Eropa      di                        negeri Belanda

Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara

5.

Partai       Nasional

Indonesia

4 Juli 1927

Kemerdekaan

Indonesia

Ir.Soekarno

7.

Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

4 Juli 1939

Indonesia berparlemen

Moh.Husni Thamrin

 

B.     Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme Dan Imperialisme Dalam Bidang Ekonomi

Bangsa Indonesia mulai mengenal industri pertambangan dengan dibukanya kilang minyak bumi di Tarakan Kaltim oleh Belanda- Belanda membangun rel kereta api untuk memperlancar arus perdagangan- Liberialisme ekonomi - Eksploitasi ekonomi, monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda- Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah.

Berbagai upaya Eksport dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indonesia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.- Dengan dilaksanakannya politik pintu terbuka, maka pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung tikar.- Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja sehingga dilakukan program transmigrasi. Untuk mendukung program penanaman modal Barat di Indonesia pemerintah Belanda membangun : Irigasi, waduk, jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga secara paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)- Dengan memperkenalkan  sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar di kalangan petani Seperti Perlawanan Rakyat Maluku dan Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap Monopoli Belanda

 

C.       Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di bidang Sosial-Budaya

Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Belanda di Indonesia banyak berdampak terhadap kehidupan social-budaya masyarakat Indonesia, berbagai dampak tersebut antara lain adalah:

Ø  Terciptanya kelas sosial dalam masyarakat, dengan bangsa Eropa dianggap sebagai yang tertinggi, disusul oleh Asia Timur Jauh, dan terakhir golongan Bumiputera, sebagai orang yang lebih dahulu tinggal di Indonesia, golongan Bumiputera mendapatkan perlakuan diskriminatif, keistimewaan diberikan pada golongan Eropa dan Timur Asing yang seringkali diprioritaskan dan diutamakan dalam pemenuhan Haknya, hingga kaum Bumiputera merasa didiskriminasikan di tanahnya sendiri.

Ø  Terjadinya perubahan berbagai ritual dan tradisi kuno di istana-istana dan keraton maupun di masyarakat. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa  Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah belanda.

Ø  Mundurnya aktivitas perdagangan laut. Daerah Indonesia pada saat abad ke XVII masih banyak bergantung pada aktivitas di tepi laut sehingga perubahan aktivitas perdagangan berdampak pada kehidupan di pedalaman. Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Di bawah prinsip feodalisme, rakyat bumiputera dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah Barat/Timur Asing.

Ø  Masuknya agama Katolik dan Protestan, bersamaan dengan datangnya Bangsa Belanda dan sebelumnya Portugis dan Spanyol, diperkenalkanlah agama Katolik dan Protestan di Indonesia.

Berbagai dampak tersebut pada akhirnya menimbulkan berbagai respon dari Bangsa Indonesia di bidang sosial-Budaya terhadap praktek kolonialisme dan Imperialisme Belanda di Indonesia, respon tersebut antara lain dalam bentuk :

1.         Respon dalam bentuk karya sastra

Pada periode awal abad XX muncul para sastrawan, yang terkenal antara lain adalah Mohammad Yamin (1903-1964) yang mulai menulis sajak-sajak modern pada tahun 1920-1922. Lalu ada pula Marah Roesli (lahir 1898) yang menulis sebuah novel legendaris berjudul Siti Nurbaya, yang menceritakan kisah cinta tragis sebagai akibat adanya benturan antara nilai-nilai modern dan tradisional, selain itu ada pula Sanusi Pane (1905-1968) yang juga menulis puisi modern dan merupakan sastrawan berpengaruh khususnya dibidang pengembangan kebudayaan yang berakar dari kebudayaan pra-islam.

Berbagai karya sastra ini, meskipun banyak dicetak menggunakan percetakan milik pemerintah Hindia-Belanda, yaitu Balai Pustaka ternyata turut mempertahankan identitas dan kelestarian budaya-budaya daerah yang didokumentasikan dari berbagai karya tulis yang dibuat orang Indonesia, sekaligus menyebarkan berbagai identitas kebangsaan Indonesia melalui suatu Bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia. Karya-karya satra ini turut pula menyumbang gagasan tentang cara hidup modern di abad 20, Kesehatan pribadi, hingga kepada emansipasi wanita

2.         Respon dalam bentuk karya seni musik

Ismail Marzuki merupakan musisi pemberontak di zamannya. Ketika pemerintah kolonial Belanda memberlakukan pembatasan hak untuk berserikat dan berkumpul (vergader verbod) terhadap organisasi-organisasi kebangsaan, dan rakyat dilarang keras mendengarkan lagu-lagu mars partai politik dan kebangsaan, jiwa Ismail memberontak. Cara-cara pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban agar kekuasaanya di Indonesia langgeng terjaga.

 

D.           Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Pendidikan

Guna menyiapkan tenaga guru pengajar lalu didirikanlah sekolah guru atau disebut kweekschool di kota Sala pada tahun 1852, di kota Bandung dan kota Probolinggo pada tahun 1866. Pelajar lulusan sekolah tersebut akan ditempatkan di beberapa sekolah-sekolah gubernemen. Bahasa sehari-hari yang digunakan di dalam aktivitas persekolahan tersebut ialah bahasa Jawa, Madura, Sunda atau bahasa Melayu, tergantung dimana lokasi sekolah tersebut.

Karena rasa ketidakpuasaan pada pendidikan Belanda yang cenderung mahal dan hanya orang tertentu. Maka banyak orang biasa yang tidak bisa mendapatkan pendidikan. Akhirnya muncul berbagai respon terhadap kolonialisme dan imperialism Belanda pada bidang Pendidikan sebagai bentuk sekolah tandingan terhadap sekolah pemerintah, antara lain adalah munculnya sekolah-sekolah milik orang Indonesia asli, antara lain adalah :

Ø  Taman Siswa

Setelah pulang dari pengasingan bersama dengan rekan-rekannya dalam Indische Partij (IP) Ki Hajar Dewantara, yang bernama asli Suwardi Suryaningrat lantas mendirikan sebuah perguruan yang bercorak Nasional yang di beri nama Onderwijs Instituut Taman Siswa ( Perguruan Taman Siswa).

Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

 

Ø  INS Kayu Tanam

Moh. Syafei seorang yang berdarah Minang dilahirkan di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Natan tahun 1895. Anak dari Mara Sutan dengan Indung Khadijah. Ia menamatkan di Sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja (Sekolah Guru) lulus pada tahun 1914. Kemudian beliau hijrah ke Jakarta dan menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun. Disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk belajar menggambar lulus tahun 1916, bahkan aktif dalam Budi Utomo serta Insulide serta membantu Wanita Putri Merdeka.

Moh. Syafei pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan. Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya.

 BACA JUGA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUBUNGAN PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BESAR; DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, PAN-ISLAMISME DENGAN GERAKAN NASIONALISME DI ASIA-AFRIKA

  PERKEMBANGAN PAHAM DEMOKRASI, LIBERALISME, SOSIALISME, NASIONALISME, DAN PAN ISLAMISME ·          Demokrasi Istilah “ demokrasi” beras...